Usman Kansong. MI/Ebet
Usman Kansong. MI/Ebet (Usman Kansong)

Usman Kansong

Ketua Dewan Redaksi Media Group

Saudi Moderat Indonesia Konservatif

Usman Kansong • 08 Juni 2021 11:19
SEORANG teman di grup aplikasi pertukaran pesan mengunggah foto Duta Besar RI untuk Norwegia, Todung Mulia Lubis, menerima kunjungan kehormatan Duta Besar baru Arab Saudi untuk Norwegia, Amal Yahya al-Moallimi.
 
Dalam unggahan itu terdapat narasi yang menyebutkan Amal perempuan bukan diplomat karier, melainkan aktivis progresif yang banyak berkecimpung di dunia akademis dan masyarakat sipil, khususnya yang berkaitan dengan isu perempuan. Amal tak mengenakan hijab, hanya mengenakan kerudung. Amal mengatakan ada perubahan luar biasa di Arab Saudi, yakni perempuan dan kaum minoritas dihargai dan mulai mendapatkan haknya.
 
Amal juga mengatakan Arab Saudi mengkaji ulang semua hadis yang jumlahnya ribuan. Dia mengatakan hadis harus dilihat secara kontekstual. Tentang khotbah di masjid, dia mengatakan di Arab Saudi ada semacam pelatihan untuk menjadi khatib. Arab Saudi tak membiarkan khotbah tanpa diatur.
 
Sebelumnya, Saudi kita kenal bukan hanya sebagai negara konservatif, melainkan juga ultrakonservatif. Namun, di bawah putra mahkota Mohammed Salman yang juga deputi perdana menteri, Saudi makin moderat. Penunjukan Amal yang perempuan dan tidak berhijab sebagai dubes menunjukkan moderasi itu. Amal tercatat perempuan kedua yang diangkat sebagai dubes oleh kerajaan Islam itu. Sejak 2015, Saudi mengizinkan perempuan mendaftarkan diri sebagai anggota parlemen di pemilihan daerah. Pada 2017, Raja Salman mengeluarkan dekrit yang menyatakan perempuan diizinkan memiliki surat izin mengemudi. Pada 2018, kerajaan mengizinkan perempuan mendaftar menjadi tentara. Pada 2019, Saudi mengizinkan pertandingan gulat perempuan. Dekrit kerajaan mengizinkan perempuan bepergian ke luar negeri tanpa izin wali pria.
 
Kerajaan Saudi tidak lagi mengharuskan restoran memisahkan pintu masuk laki-laki dan perempuan. Pasangan wisatawan asing diperbolehkan menyewa kamar hotel di Arab Saudi tanpa harus memperlihatkan bukti mereka sudah menikah. Perempuan juga diperbolehkan tinggal sendirian di hotel.
 
Pemerintah Arab Saudi membatasi penggunaan pengeras suara di masjid. Aturan ini dibuat setelah adanya komplain masyarakat terhadap kebisingan yang ditimbulkan pengeras suara di masjid.
 
Di Indonesia di era Reformasi, masyarakat justru memperlihatkan wajah kian konservatif. Dalam urusan wisata, misalnya, serupa remaja di masa pubertas, kita sedang semangat-semangatnya mengembangkan wisata halal.
 
Dalam perkara berpakaian, ada sekolah di Padang yang mewajibkan tidak hanya siswi muslim, tetapi juga siswi nonmuslim memakai jilbab. Pemerintah menerbitkan surat keputusan bersama tiga menteri yang mengatur sekolah tidak boleh mewajibkan atau melarang siswi memakai seragam dengan simbol agama tertentu. Namun, atas gugatan kalangan "konservatif", Mahkamah Agung membatalkan SKB tiga menteri tersebut.
 
Saking konservatifnya, beredar di media sosial pengharaman perempuan memakai ransel. Alasannya perempuan bertas ransel memperlihatkan bahunya. Kenapa rupanya kalau perempuan terlihat bahunya? Apakah bisa membuat lelaki bernafsu manakala melihat bahu perempuan? Yang bernafsu laki-laki, mengapa perempuan yang dipersalahkan? Inikah yang namanya beragama meribetkan bukan memudahkan?
 
Di Indonesia, Kementerian Agama pernah mewacanakan sertifikasi buat penceramah. Gagasan ini kontan ditolak dengan berbagai dalih.
 
Meiliana "komplain" tentang suara bising yang ditimbulkan pengeras suara di masjid di dekat rumahnya di Tanjung Balai, Sumatra Utara. Warga muslim marah dengan komplain itu dan merusak rumah ibadah agama lain. Meiliana malah dihukum penjara atas tuduhan penistaan agama.
 
Merebaknya konservativisme agama di era Reformasi disebut conservative turn oleh Martin van Bruinessen. Dunia serupa terbalik manakala kita menyaksikan Arab Saudi makin moderat, sedangkan Indonesia relatif makin konservatif. Di sinilah pentingnya diskursus dan praksis moderasi beragama. Kita menginginkan Indonesia kembali ke jalan moderat. Pun kita menginginkan Arab Saudi terus menempuh jalan moderat.
 
*Usman Kansong, Dewan Redaksi Media Group
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Pilar politik arab saudi indonesia-arab saudi toleransi beragama Pendidikan Agama Podium

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif