M Tata Taufik, Pimpinan Pondok Pesantren Modern Al-Ikhlash, Kuningan, Jawa Barat.
M Tata Taufik, Pimpinan Pondok Pesantren Modern Al-Ikhlash, Kuningan, Jawa Barat. (M Tata Taufik)

M Tata Taufik

Pimpinan Pondok Pesantren Modern Al-Ikhlash, Kuningan, Jawa Barat

Mewujudkan Indonesia Raya

M Tata Taufik • 08 November 2023 07:44
WAGE Rudolf Supratman awalnya dikenal hanya sebagai musisi yang lahir pada masa penjajahan Belanda. Dia menikmati kehidupan sebagai penghibur para penjajah dengan biolanya. Wage lantas berubah pikiran. Dia bergabung dengan para pemuda pejuang kemerdekaan hingga akhirnya diangkat sebagai pahlawan nasional.
 
Keputusan besar itu tentu saja setelah melalui perjalanan panjang dan pergulatan konflik dengan dirinya. Wage harus memutuskan ikut kawan-kawan dia yang memihak kepada penjajah atau kawan-kawan lain yang memikirkan kemerdekaan dan kesatuan bangsa.
 
Pergulatan Wage dengan dirinya ini terasa dalam film berjudul Wage garapan sutradara sekaligus produser John de Rantau. Dalam film berdurasi 125 menit itu, WR Supratman akhirnya mencapai puncak kariernya dengan menciptakan sebuah lagu berjudul Indonesia Raya.
 
Melalui lagu tersebut, ia mencoba membangkitkan semangat keindonesiaan dan kebangsaan. Dikisahkan dalam film tersebut, para pemuda dan masyarakat menyanyikan lagu tersebut di berbagai tempat dan kesempatan. Kenyataan tersebut membuat Belanda berang dan menjadikan Wage sebagai target sasaran yang harus dibungkam dan dipenjarakan.

Kata hidup pada masanya

Sebagaimana film-film perjuangan lainnya, film yang dirilis pada 28 Oktober 2017 ini juga dihiasi dengan sapaan kata “Merdeka!”. Sebuah ungkapan berisikan harapan dan semangat kemerdekaan yang ingin diwujudkan. Secara lingustik, suatu kata hidup pada tempat dan waktu pengucapannya. Kata “merdeka” misalnya, terikat dengan waktu saat perjuangan kemerdekaan. Kata itu seketika hilang daya tariknya ketika diungkapkan dalam suasana kemerdekaan yang sudah tercapai.
 
Kita ambil contoh lain, yakni kata “teroris”. Kata ini muncul pertama kalinya saat Revolusi Prancis. Kata “teroris” merujuk pada apa yang dilakukan Jacobin Club pada tahun 1795. Kata “teroris” kemudian berkembang menjadi istilah “terorisme modern” pada tahun 1858. Istilah ini dipakai oleh Irish Republican Brotherhood.
 
Kata “terorisme” atau “teroris” menjadi populer kembali pada tahun 1970-an sebagai akibat dari konflik Israel-Palestina. Kata ini juga populer saat berkecamuk konflik Irlandia Utara, konflik Basque, hingga operasi kelompok-kelompok seperti Faksi Tentara Merah.
 
Topik teroris ini semakin mengemuka setelah pengeboman barak Beirut tahun 1983 dan mencapai puncaknya pada serangan 11 September tahun 2001. Di Indonesia, kata teroris semakin marak digunakan saat terjadi kasus bom Bali pada tahun 2002.
 
Kini, kata “teroris” terkesan sekadar menjadi bahan kata-kata dalam sambutan yang kerap diucapkan para pemimpin di berbagai belahan dunia. Ditambah dengan argumen dan program yang terlahir darinya.
 
Ada banyak kata yang terikat dengan masanya. Kata “revolusi” menjadi terpatri bagi masyarakat Indonesia pada masa akhir Orde lama. Saat beralih ke masa Orde Baru pun, ada kata yang begitu kuat melekat mengikuti zamannya, seperti “pembangunan” dan “asas tunggal”. Dan setelah Orde Baru tumbang, lahir kata yang begitu menggema, yakni “reformasi” yang digemakan pada tahun 1998.
 
Sebagaimana juga para pemimpin yang memiliki masa dan situasi kepemimpinan yang dibutuhkan, kata pun sama. Gabungan kata “pemimpin revolusioner” misalnya. Frasa ini hanya cocok untuk julukan pemimpin pada suasana revolusi dan perjuangan. Mereka akan otomatis kehilangan kapasitas kepemimpinannya pada masa damai. Namun, bagi yang ingin mempertahankan status kepemimpinannya, mereka akan berusaha membawa negaranya pada suasana perang, supaya tetap bisa dianggap pemimpin oleh rakyatnya.

Pelajaran dari Wage

Penulis beruntung bisa menonton film Wage. Sebagaimana beruntungnya penulis sempat mengunjungi rumah tempat kelahiran Wage di Purworejo. Untuk bisa menuju ke sana, penulis harus melalui jalan licin mendaki sebelum sampai ke bangunan kayu di tepi jurang.
 
Kedatangan ke sana lumayan mengobati rasa penasaran. Sambil mencoba membayangkan kesulitan pada masa itu. Salah satunya kesulitan akses untuk bisa bergaul secara lebih luas kemudian.
 
Pelajaran menarik dalam konteks kepemudaan dari kisah Wage adalah perubahan mindset; anak muda yang sudah senang dengan kondisi kehidupan yang mapan bersama penjajah, kemudian berubah menjadi pejuang kemerdekaan yang menanggung risiko dan meninggalkan kenyamanan individunya. Menggantinya dengan semangat kebangsaan dan kesatuan. Mengubah dari “aku” menjadi “kami”. Ini pengorbanan yang luar biasa dan patut ditiru oleh penerus bangsa ini.
 
Pelajaran selanjutnya yang bisa diambil dari karya masyhur Wage, yakni masterpiece-nya Indonesia Raya. Lagu ini memancarkan semangat kemerdekaan dan impian serta tugas pascakemerdekaan. Arahan dan mimpi dalam bait-bait syair Indonesia Raya versi lengkap cukup berbicara dan mengingatkan tugas kita sebagai anak bangsa.
 
Penulis masih terus berharap semoga para generasi muda dari setiap angkatan bisa mengikuti jejak para pahlawan terdahulu. Menciptakan bangsa ini dari tiada menjadi ada. Mewujudkan pengakuan sebagai bangsa yang satu, sekaligus mensyukuri, mencintai, dan menjaganya agar tetap jaya.[]

Indonesia Raya
Wage Rudolf Supratman

Stanza I
Indonesia, tanah airku
Tanah tumpah darahku
Di sanalah aku berdiri
Jadi pandu ibuku
 
Indonesia, kebangsaanku
Bangsa dan tanah airku
Marilah kita berseru
Indonesia bersatu
 
Hiduplah tanahku
Hiduplah negeriku
Bangsaku, rakyatku, semuanya
Bangunlah jiwanya
Bangunlah badannya
Untuk Indonesia Raya
 
Indonesia Raya, merdeka! Merdeka!
Tanahku, negeriku yang kucinta
Indonesia Raya, merdeka! Merdeka!
Hiduplah Indonesia Raya!
 
Stanza II
Indonesia, tanah yang mulia
Tanah kita yang kaya
Di sanalah aku berdiri
Untuk selama-lamanya
 
Indonesia, tanah pusaka
Pusaka kita semuanya
Marilah kita mendoa
Indonesia bahagia!
 
Suburlah tanahnya
Suburlah jiwanya
Bangsanya, rakyatnya, semuanya
Sadarlah hatinya
Sadarlah budinya
Untuk Indonesia Raya
 
Indonesia Raya, merdeka! Merdeka!
Tanahku, negeriku yang kucinta
Indonesia Raya, merdeka! Merdeka!
Hiduplah Indonesia Raya!
 
Stanza III
Indonesia, tanah yang suci
Tanah kita yang sakti
Di sanalah aku berdiri
Menjaga ibu sejati
 
Indonesia, tanah berseri
Tanah yang aku sayangi
Marilah kita berjanji
Indonesia abadi!
 
Selamatlah rakyatnya
Selamatlah putranya
Pulaunya, lautnya, semuanya
Majulah negerinya
Majulah pandunya
Untuk Indonesia Raya
 
Indonesia Raya, merdeka! Merdeka!
Tanahku, negeriku yang kucinta
Indonesia Raya, merdeka! Merdeka!
Hiduplah Indonesia Raya!

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Pilar Hari Pahlawan Pahlawan Nasional lagu nasional

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif