Editorial Media Indonesia
Editorial Media Indonesia ()

Mengakhiri Kebrutalan Kemanusiaan

29 Maret 2016 07:47
TIDAK ada ungkapan yang pas untuk menyebut aksi bom bunuh diri di Lahore, Pakistan, Minggu (27/3), selain kebrutalan dan kebiadaban kemanusiaan. Kita mengutuk sekeras-kerasnya aksi yang oleh media Pakistan disebutkan menewaskan lebih dari 72 orang dan melukai 300 orang itu, dengan sebagian besar korban anak-anak dan perempuan.
 
Bom bunuh diri tersebut menambah panjang daftar pengangkangan kemanusiaan yang mengatasnamakan agama dan ideologi dengan jalan teror. Sebagaimana bom di Brussels, Belgia, sepekan sebelumnya; bom di Ankara, Turki; serta serangan teror mematikan dan membabi buta di Paris, Prancis; aksi di tengah taman yang dipadati oleh mereka yang tengah berlibur Paskah di Lahore itu bersumbu pada jaringan terorisme yang berakar dari radikalisme.
 
Paham radikal telah membutatulikan mereka, para penjahat teror itu, dari takdir sejarah bahwa manusia dilahirkan beragam, sehingga antara satu dan lainnya niscaya menenggang rasa. Radikalisme telah mematikan sikap toleransi sejak dini.
 
Serangkaian aksi brutal itu kian mengukuhkan berbagai seruan nyaring dalam berbagai forum dalam satu setengah dekade terakhir ini, yakni tatanan dunia yang damai sedang dikoyak-koyak sikap intoleran dari mereka yang tidak mengakui harkat kemanusiaan. Dalam kaitan itulah, kita amat mendukung pernyataan Presiden Joko Widodo yang mengutuk bom di Lahore dan menyeru kepada dunia agar tidak kalah oleh teror. Apa yang diserukan Presiden Jokowi itu merupakan bagian penting pelaksanaan amanat konstitusi, yakni ikut menjaga ketertiban dunia berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial. Karena itu, Indonesia sangat menentang terorisme, bahkan sejak masih embrionik berupa sikap-sikap intoleran atas nama apa pun.
 
Dalam kaitan itulah, Indonesia patut mendorong agar dunia bekerja sama memperbanyak dialog dan mengembangkan toleransi demi mencegah racun radikalisme. Pesan Paus Fransiskus dalam Paskah agar dunia melawan kebrutalan dengan kasih amat tepat dipraktikkan masyarakat global demi tatanan dunia yang adil dan beradab.
 
Bagi Indonesia, bom bunuh diri di Lahore yang diklaim dilakukan kelompok militan Taliban memberi pesan tegas bahwa sumbu terorisme dan radikalisme belum padam.
 
Segenap komponen, baik negara maupun masyarakat, mesti serius mencegah terorisme dan radikalisme bertumbuh. Sebagai negara dengan tingkat kemajemukan yang sangat tinggi, segenap elemen mesti berusaha sangat keras untuk mewujudkan penerimaan atas keberagaman, mengedepankan dialog, serta terus mengembangkan toleransi sebagai jalan mulia mewujudkan perdamaian.
 
Sikap toleran, mengedepankan dialog, dan mengikhlaskan keragaman tersebut mesti tumbuh di ruang-ruang keluarga, kelompok-kelompok masyarakat, juga di bangku-bangku pendidikan. Ia pun mesti digemakan di mimbar-mimbar keagamaan di masjid, gereja, pura, dan wihara sebagai seruan yang tidak boleh padam.
 
Sudah saatnya para elite dan pemegang amanat di negeri ini, baik di level lokal maupun nasional, tidak menyerah dengan menoleransi aksi-aksi diskriminasi, intimidasi, termasuk kekerasan fisik terhadap kelompok minoritas demi menjaga popularitas. Dengan menyerah, itu sama artinya menyimpan bom waktu paling dahsyat yang akan mengusik persatuan dan kedamaian di negeri ini.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Oase

TERKAIT
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif