"Karakter tidak bisa diserahkan pada sekolah. Ketemu anak cuma berapa jam kok mau membentuk karakter," kata Toto dalam Webinar Kongres Kebudayaan Desa, Kamis, 2 Juli 2020.
Menurutnya, pembentukan karakter yang efektif dapat dibentuk di lingkungan tempat tinggal anak. Ekosistem yang dibangun di tempat tinggal harus menampilkan keadilan sosial bagi anak.
"Ekosistem pertama adanya rasa keadilan sosial di tengah anak. Memiliki rasa yang sama dan peduli. Itu diperlukan jika kita ingin generasi mendatang tidak terlibat korupsi dan sebagainya," lanjut Toto.
Menurut dia, karakter penting yang harus dimiliki seorang anak adalah kemampuan bergotong royong. Sebab, Toto menilai Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) selalu menekankan kolaborasi dalam membangun bangsa.
"Jadi ini proses yang hari per hari, terus-menerus. Ini yang tidak ada mungkin di sekolah formal kita," jelasnya.
Baca: Nadiem Targetkan 10 Ribu Sekolah Penggerak dalam Lima Tahun
Bagi Toto, sekolah formal kurang maksimal dalam membangun kolaborasi siswa. Konsep persaingan dan kompetensi dinilai justru lebih kental diterapkan di sekolah.
"Di SD saja mereka bersaing secara individu, untuk juara disuruh bersaing. Lalu tiba-tiba disuruh berkolaborasi, enggak masuk itu. Kelihatannya sekolah ini dikasih beban begitu berat," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News