“Saya ingin sampaikan ke teman-teman yang kalau jadi aktivis IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) turun. Itu Saya bisa buktikan kalau semua bisa beriringan,” kata Dodik kepada Medcom.id, Selasa, 7 Juli 2020.
Kelahiran Situbondo, Jawa Timur ini pun telah membuktikan. Meski ia aktif di berbagai kegiatan organiasasi kampus selama menempuh pendidikan S1, namun prestasi akademiknya tetap gemilang.
Tercatat ia pernah menjabat sebagai Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (UTM) periode 2014-2015, Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Kabupaten Bangkalan. Kemudian salah satu pendiri Permadani Diksi (Persatuan Mahasiswa Alumni Bidikmisi Nasional).
Baca juga: Diterima di 11 Universitas Top Amerika, Pemuda Asal Solo Pilih Harvard
Ia pun menuturkan, bahwa para pendiri bangsa ini juga merupakan para aktivis, namun tidak berarti lantas mengeyampingkan pendidikan. “Saya ingin membangun bersama pandangan baru itu. Karena selama ini sudah melekat di kampus, kalau aktivis itu tidak bisa berpendidikan,” ucap Staf Khusus Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmimgrasi ini,
Ia pun menegaskan, belajar untuk nilai akademik yang baik ini mesti dicoba sejak awal. Bukan ketika sudah semester tua, misalnya ketika sudah di semester sembilan atau sepuluh baru menyadarinya. Karena prestasi di akademik ini juga penting, apalagi untuk bekal mendapatkan beasiswa.
“Beasiswa bisa memberikan kehormatan kepada orang tua, banyak teman-teman di Madura setelah lulus mencari beasiswa LPDP,” terang warga Ketapang, Sampang, Madura ini.
Selain mendapatkan beasiswa LPDP untuk studi Master Hukum di Michigan State University, Dodik juga merupakan penerima beasiswa Bidikmisi dan Peningkatan Prestasi Akademik ketika S1 di Universitas Trunojoyo Madura.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News