Terdapat empat bagian aspek tes kemampuan di IELTS, yaitu Listening (mendengarkan), Reading (membaca), Writing (menulis), dan Speaking (berbicara). Tes ini terkenal sulit untuk mendapatkan nilai sempurna.
Sistem penilaiannya memiliki nilai dari 0 hingga 9.0 untuk masing-masing aspek tes dan nilai rata-rata keseluruhan. Baru-baru ini, seorang warga Vietnam mendapatkan nilai sempurna, 9.0 untuk aspek tes Writing IELTS-nya.
Dilansir dari laman vnexpress.net, Vu Quan Hieu, 23 tahun, mahasiswa lulusan Foreign Trade University Hanoi, Vietnam, berhasil meraih nilai 9.0 yang luar biasa dan sulit dicapai dalam tes IELTS writing. Untuk mendapatkan nilai sempurna pada aspek tes menulis tersebut, ia mendedikasikan sekitar satu tahun untuk latihan menulis dengan bahasa Inggris secara intensif.
Namun, perjalanannya menghadapi IELTS sudah ia tempuh sejak berada di kelas 11 pada tahun 2019. Saat itu, Hieu mendapatkan nilai 7.0 secara keseluruhan, termasuk writing juga mendapat nilai 7.0.
Bertekad untuk meningkatkan kemampuannya, ia mengulang tes dua kali selama masa kuliahnya, dan berhasil meraih nilai 8.0 untuk aspek writing dan untuk nilai rata-rata keseluruhannya. Nilai sempurna pada aspek writing akhirnya ia dapatkan pada tes yang ia lakukan di tanggal 6 Maret dan mendapatkan nilai 8.0 untuk nilai rata-rata keseluruhannya.
Hieu membagikan tips mengerjakan bagian writing hingga mendapatkan nilai 9.0, yaitu dengan fokus pada dua tugas yang diberikan IELTS Writing. Tugas 1 biasanya melibatkan analisis grafik, proses atau peta, yang membutuhkan keterampilan dalam meringkas, membandingkan, dan pemilihan data yang tepat.
“Kesalahan umum dalam Tugas 1 adalah mencoba untuk membuat daftar setiap bagian dari data,” jelas Hieu. Sebaliknya, peserta tes sebaiknya meringkas secara efektif dengan mengelompokkan data yang terkait dan menghilangkan detail yang tidak penting.
Pada contoh yang diberikan Hieu, tugasnya meminta kandidat menganalisa kebiasaan belanja anak muda berusia 18-20 tahun di berbagai kategori seperti makanan, pakaian, dan buku. Dia menyusun jawabannya dengan terlebih dahulu memberikan pengantar dan gambaran umum yang jelas, menggambarkan dan memberi peringkat tren secara keseluruhan. Sebagai contoh, ia menyoroti peningkatan pengeluaran untuk makanan, penurunan pengeluaran untuk buku, dan pengeluaran yang stabil untuk pakaian.
“Saya menekankan konsistensi dengan menggunakan kosakata yang tepat untuk menambah kedalaman,” kata Hieu. Dia kemudian dengan hati-hati memisahkan tubuh esai menjadi beberapa bagian berdasarkan tren pengeluaran, menggunakan frasa komparatif seperti “sebaliknya” dan “di sisi lain.”
Untuk Tugas 2, para kandidat diminta mendiskusikan keuntungan dan kerugian dari kolaborasi ilmiah internasional. Hieu menguraikan beberapa hal positif yang jelas, seperti kerja sama global yang mempercepat terobosan signifikan seperti pengembangan vaksin covid-19.
Namun, ia mengakui kolaborasi mungkin tidak akan memberikan manfaat yang sama bagi semua negara. Negara-negara maju, jelasnya, mungkin memprioritaskan isu-isu seperti perubahan iklim, sementara negara-negara berkembang mungkin lebih fokus pada pendidikan dan kesehatan.
Hieu mengatakan, “Pada akhirnya, saya menyimpulkan bahwa kerja sama internasional memiliki manfaat dan tantangan, sehingga membutuhkan evaluasi yang cermat sebelum mengambil keputusan.”
Dia mengatakan pencapaian IELTS Writing-nya yang mengesankan dapat tercapai berkat rangkuman strategis, analisis terperinci, dan penyajian contoh konkret yang relevan dalam kedua tugas tersebut. (Alfi Loya Zirga)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News