Putih, seperti kapas dan berjalan berarak di atas langit. Ya, seperti itulah gambaran awan yang sering diingat oleh sebagian orang. Namun pernah enggak sih, kamu memikirkan apakah awan dapat disentuh atau bahkan dapat digigit seperti permen kapas? Pasti gemas banget ya kalau sampai bisa menyentuh awan dan mengigitnya.
Tapi, awan bisa berubah menjadi sangat besar, berwarna gelap, disertai dengan hujan, bahkan petir yang menyeramkan, lho! Nah untuk mengetahui lebih banyak lagi tentang awan dan berbagai prilakunya, kita simak yuk artikel tentang awan yang dikutip dari laman Ruangguru ini.
Pengertian Awan dan Cara Terbentuknya
Awan merupakan sekumpulan uap air yang kemudian mengembun di atmosfer, bisa dalam bentuk tetesan air ataupun kristal es. Jadi, bagi kamu yang ingin naik awan, sebaiknya urungkan niat ya, karena walau terlihat gembul dan empuk, awan tidaklah cukup kuat untuk dikendarai. Bahkan jika kita bisa menyentuhnya, awan hanya berisi tetesan air dan kristal es layaknya kabut.Proses Terbentuknya Awan
Banyak yang mengira kalau awan itu ya sama seperti uap air, tapi ternyata itu salah, lho! Karena sebenarnya kalau sekadar uap air, di sekeliling kita sangat banyak uap air, tergantung dari kelembaban udara. Belum lagi uap air sangat sulit untuk dapat terlihat.Jadi secara sederhana, terbentuknya awan bermula dari sekumpulan uap air yang dipanaskan matahari. Kemudian, uap naik ke permukaan udara, nah seperti saat naik gunung, semakin tinggi kita naik, maka akan semakin dingin udaranya, demikian juga dengan uap tadi.
Suhu yang dingin juga tidak bisa menampung uap air terlalu banyak, hingga kemudian uap tadi mengembun menjadi tetesan-tetesan kecil atau kristal es.
Mengenal Jenis-jenis Awan dari Luke Howard (Peneliti Bentuk Awan)
Kurang afdol rasanya jika kita membahas awan tanpa membahas Luke Howard, si ‘Bapak Awan’ ini. Howard merupakan seorang ahli kimia kelahiran Inggris tahun 1772. Walau secara pekerjaan merupakan seorang ahli kimia, tapi kecintaannya pada langit membuatnya menjadi seorang meteorolog amatir berpengaruh, khususnya pada studi tentang awan.
Bagan jenis awan beserta kombinasinya. Foto: Dok. Ruangguru
Ini semua bermula saat Howard menginjak Sekolah Dasar. Ia kerap memandangi langit tanpa menghiraukan pelajaran. Tapi, siapa yang menyangka bengong-nya Howard membawa pengaruh besar pada dunia meteorologi. Pada tahun 1802, Howard berhasil mengklasifikasi 3 bentuk dasar awan dan kombinasinya.
Tiga bentuk dasar awan
Ketiga bentuk dasar awan itu adalah Cirrus, Cumulus, dan Stratus. Cirrus merupakan awan dengan bentuk seperti rambut atau serat. Lalu, Cumulus merupakan awan dengan bentuk seperti gumpalan atau timbunan menumpuk. Sedangkan Stratus adalah bentuk awan seperti lapisan layar atau lembaran.Awan Cirrocumulus
Karena awan ini terus berubah sepanjang waktu, maka dari ketiga dasar tadi terjadilah beberapa kombinasi bentuk awan. Ada perpaduan antara Cirrus dan Cumulus bernama Cirrocumulus, di mana awan berbentuk serat saling menumpuk. Awan jenis ini berbentuk seperti sekumpulan ombak air putus-putus. Awan ini terbuat dari kristal es, jadi tetes airnya akan terasa dingin.Awan Cirrostratus
Berikutnya ada awan Cirrostratus, yang merupakan perpaduan awan Cirrus dan stratus. Jadi, awan ini terbentuk dari awan Cirrus yang halus, kemudian bersatu dan membentuk lembaran. Biasanya, awan ini sangat luas ukurannya dan sulit untuk diidentifikasi karena terlalu tipis. Awan ini biasanya menandakan akan datang hujan saat terjadi cuaca panas.Awan Stratocumulus
Lalu ada awan Stratocumulus, awan ini merupakan perpaduan antara awan Cumulus dan Stratus. Jadi, awan ini terbentuk dari sekumpulan awan cumulus yang bersatu dan kemudian menyebar membentuk lapisan seperti selimut yang bertumpuk. Awan ini biasanya tidak menimbulkan hujan.Awan Nimbus
Lalu ada perpaduan kombinasi antara awan stratus, cumulus, dan cirrus yang bernama awan nimbus. Awan ini biasanya membawa hujan, berwarna abu-abu gelap, teksturnya tebal dan merata. Awan ini biasanya menutup sinar matahari secara luas dan menimbulkan suasana mendung.Awan Cumulonimbus
Kemudian ada awan Cumulonimbus, awan ini bentuknya cukup besar dan menjulang tinggi seperti pohon. Cumulonimbus memiliki warna putih, hingga abu-abu sangat gelap dan membawa muatan air atau kristal es cukup banyak. Nah, awan yang satu ini juga merupakan awan pertanda hujan lebat, lho! Awan ini biasanya juga menandakan akan terjadi hujan badai disertai petir.Awan Altocumulus
Lalu ada awan Altocumulus, awan ini berbentuk seperti bola-bola salju yang menyebar di langit. Terkadang awan ini bentuknya teratur dan lucu, tetapi di balik itu, ternyata awan ini biasanya merupakan pertanda badai petir, lho! Awan jenis ini biasanya ditemukan di ketinggian yang cukup rendah.Awan Altostratus
Berikutnya ada awan Altostratus. Awan ini memiliki bentuk seperti lembaran tipis, dan terkadang membentuk sebuah jalur yang unik. Awan ini biasanya berwarna putih sampai abu-abu, namun terkadang masih dapat ditembus sinar matahari dan biasanya membawa hujan yang ringan.Hebat ya Pak Howard ini, walau pada zamannya studi meteorologi masih minim dia melakukan pengamatan yang teliti, padahal awan tidak bisa di potek lalu diamati di laboratorium. Berkat penemuan Howard, studi meteorologi menjadi lebih berkembang, manusia jadi bisa memprediksi cuaca dan kondisi alam.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id