1. Kuasai teknik dasar
Pertama adalah kuasai teknik dasar. Erwin mengatakan, mempelajari fotografi, baik teori maupun praktik, bisa dilakukan secara mandiri ataupun melalui pendidikan formal/nonformal.Fotografer harus memiliki bekal awal yang utama, yakni teknis dan estetika visual. Keduanya dibutuhkan dalam bidang produksi media digital.
“Dari sisi teknis, fotografi banyak membahas alat (kamera dan lensa), kemudian tentang konsep pencahayaan, serta teknik memakai kamera yang baik," kata Erwin saat menjadi pembicara dalam dalam acara Live Streaming Bincang Santai Teras LPPM ATVI bertema Fotografi Gerbang ke Dunia Media Digital, yang ditayangkan melalui kanal Youtube LPPM ATVI, akhir pekan lalu.
Dari sisi estetika visual, lanjut dia, fotografi jauh lebih luas dan kompleks. Fotografi harus melibatkan rasa, pesan visual, hingga makna dari sebuah foto.
Erwin menekankan, meski setiap orang bisa mengambil foto dengan kamera yang ada, tapi fotografi bukan hal yang sederhana untuk dikuasai dan dipahami. Apalagi saat ini banyak orang hendak menjadi content creator.
Baca: Apa itu NFT? Bikin Ghozali Jadi Miliarder Dari Foto Selfie
"Faktanya, foto dan video punya banyak kesamaan konsep yang perlu dikuasai, misalnya tentang eksposur, fokus, pencahayaan, fokal lensa, hingga resolusi gambar," kata dia.
2. Pilih peminatan
Sebelum mulai menjual foto di platform digital, fotografer harus pinta memilih peminatan. Sebab, banyak peminatan fotografi seperti hiburan, informasi, edukasi, berita, hingga personal.3. Rebut atensi orang
Setelah itu, seorang fotografer harus berupaya meraih atensi banyak orang, terutama di dunia digital. Artinya, kata Erwin, fotografer harus bisa membuat karya foto yang menarik, jelas, bermanfaat, serta otentik. Menurutnya, hal itu perlu selalu diingat saat hendak mengambil foto untuk konsumsi publik.“Bahkan bila foto yang kita buat itu memenuhi syarat untuk dikomersialkan, bisa saja foto tersebut dijual melalui jasa stok foto yang ada. Bahkan, di masa depan, dengan perkembangan teknologi internet, blockchain dan NTF, karya digital kita termasuk foto bisa dibeli orang dengan harga yang tinggi dan tidak dapat dibajak atau disalin tanpa sepengetahuan kita,” katanya.
4. Raih pengakuan
Selain mempelajari berbagai hal tentang fotografi dan banyak praktek memotret, lanjut Erwin, seorang fotografer ada baiknya juga mempertimbangkan untuk mendapat pengakuan atas kompetensinya. Hal ini mengingat banyak orang yang mengklaim dirinya punya kompetensi fotografi dan menawarkan jasa foto."Ternyata, kompetensi yang dimiliki masih belum sesuai harapan," kata dia.
Baca: Ikuti Ghozali Everyday, Banyak Selfie KTP Orang Indonesia Bertebaran di OpenSea
Tak heran kini banyak yang mensyaratkan sebuah bukti atas kemampuan fotografi yang disebut dengan sertifikasi profesi atau sertifikat kompetensi, yang di Indonesia dikelola oleh negara melalui BNSP. Tentunya bila seorang fotografer bisa memiliki sertifikat tersebut, akan lebih baik bagi dirinya, juga khususnya bila berhubungan dengan klien baik individu maupun instansi.
"Bidang fotografi digital saat ini memberi banyak kesempatan untuk siapa pun bisa berkarya, berbagi, dan berprofesi di dunia digital media. Selama yang bersangkutan betul-betul menekuni ilmunya. Melatih skill memotretnya dan lebih baik lagi bila memiliki sertifikasi untuk pengakuan akan profesi atau kompetensinya," simpul Erwin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id