Wisudawan Doktor Termuda ITB Moh. Mu’alliful Ilmi. DOK ITB
Wisudawan Doktor Termuda ITB Moh. Mu’alliful Ilmi. DOK ITB

Lulus dengan Predikat Doktor Termuda di ITB, Ilmi Bagikan 5 Tips Sukses dalam Belajar

Renatha Swasty • 28 Oktober 2022 13:44
Jakarta: Rasa keingintahuan merupakan roh ilmu pengetahuan. Hal itu menjadi pegangan bagi Moh Mu’alliful Ilmi, wisudawan S3 termuda pada Wisuda Pertama ITB Tahun Akademik 2022/2023.
 
Ilmi menyelesaikan studi doktoralnya di Program Studi Kimia pada usia 26 tahun. Baginya, lulus S3 dari ITB merupakan anugerah sekaligus hasil kerja keras yang harus senantiasa disyukuri.
 
“Lulus S3 merupakan hal yang tentu tidak mudah. Kelulusan ini menjadi anugerah bagi saya, orang tua saya, istri, dan anak saya untuk dapat menyelesaikan pendidikan ini tepat waktu,” ujar Ilmi dikutip dari laman itb.ac.id, Jumat, 28 Oktober 2022.

Ilmi mengungkapkan pandemi covid-19 merupakan tantangan yang sangat besar. Sebab, penelitiannya berbasis karakterisasi membutuhkan akses penggunaan laboratorium-laboratorium sentral, sedangkan saat pandemi laboratorium-laboratorium ditutup.
 
Tak mau kehilangan kesempatan, Ilmi memanfaatkan waktu selama penutupan laboratorium untuk menulis paper review. Dari kegiatan tersebut, dia berhasil menghasilkan paper review yang dipublikasikan di Jurnal Archaelogical and Anthropological Sciences.
 
Selama belajar di ITB, dia telah menghasilkan 14 paper yang dipublikasikan dalam jurnal nasional maupun internasional dengan empat paper di antaranya menempatkan Ilmi sebagai penulis pertama.
 
Setelah pandemi berakhir, Ilmi melanjutkan penelitian tentang aspek kimiawi yang berperan dalam perubahan warna pada lukisan prasejarah di bawah bimbingan Prof. Dr. Ismunandar, Prof. Dr. Djulia Onggo, Dr. Pindi Setiawan, dan Dr. Grandprix Thomryes Marth Kadja.
 
Penelitian ini dipublikasikan dalam bentuk disertasi berjudul “Aspek Kimia pada Diskolorasi Gambar Cadas Maros-Pangkep dan Lembata”. Tujuan penelitian tersebut untuk mengetahui komposisi pigmen warna yang digunakan dan menentukan strategi konservasi untuk lukisan purba.
 
“Pembimbing ke-2 saya, Dr. Pindi Setiawan, M.Si., meninggal dunia satu bulan setelah ujian disertasi saya dan itu menjadi pengalaman menyedihkan selama studi S3. Semoga saya dapat meneruskan cita-cita beliau untuk melanjutkan penelitian terkait lukisan prasejarah di Indonesia,” beber Ilmi.
 
Fokus penelitiannya juga berhasil mengantarkan Ilmi menjadi pembicara pada European Synchrotron Radiation Facility (ESRF) di Grenoble pada 2020. Dalam acara tersebut, Ilmi mempresentasikan hasil penelitiannya terkait analisis sifat fisikokimia pigmen gambar cadas di Situs Karim, Sangkulirang, Kalimantan Timur.
 
Tak disangka, perannya dalam ESRF 2020 membuahkan kerja sama sehingga ia diberikan kesempatan mengirimkan sampel ke ESRF untuk dianalisis lebih lanjut. Hal ini tentu saja merupakan pengalaman yang sangat berharga mengingat ESRF merupakan fasilitas penelitian ternama di Eropa.
 
Prinsip yang selalu dipegang Ilmi dalam belajar adalah rasa ingin tahu dan haus akan ilmu. Hal ini membuatnya terbuka dengan pengetahuan multidisiplin serta terus mengikuti dinamisasi penelitian yang sejalan dengan topik penelitiannya.
 
Selain itu, pemaknaan akan hakikat ilmu pengetahuan juga merupakan esensi dari proses belajar. Tidak perlu terlalu fokus mempertanyakan untuk apa belajar, namun dengan menjalaninya sebaik mungkin akan menemukan relevansi ilmu tersebut dalam kehidupan.
 
“Jangan terlalu memikirkan belajar buat apa, kenapa sih kita belajar ini. Kita jalani dulu, nanti sambil berjalan kita akan menemukan sendiri kegunaan dari ilmu yang kita pelajari,” ungkap Ilmi.
 
Selama menjalani studi doktoral, Ilmi mengaku perlu menyesuaikan waktu antara akademik dan keluarga. Ilmi dituntut membagi waktunya antara penelitian, menulis proposal dan laporan, membantu istri, dan merawat anak.
 
Ilmi membagikan lima tips menyelesaikan studi tepat waktu atau bahkan lebih cepat namun tetap produktif. Tips pertama, melakukan segala sesuatu dengan terarah.
 
Kedua, selalu berprogres seiring waktu tidak masalah sekecil apa progres tersebut. Ketiga, mengatur skala prioritas untuk efisiensi waktu, tenaga, dan pikiran.
 
Keempat, fokus pada tujuan dan motivasi awal agar etos kerja tetap terjaga. Terakhir, mengenali cara belajar agar mempermudah penyerapan pengetahuan dan implementasinya.
 
Baca juga: Lulus dengan IPK 3,98, Mahasiswi ITB Ini Bagikan Tips Dapat Nilai Sempurna Selama Kuliah

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan