"Setelah pandemi kita masuk era dirupsi yang mutlak, semuanya serba digital. Dan pilihannya ada di kita semua," kata Mirdal dalam webinar 'Membangun SDM Era Digital di Masa Pandemi Covid-19', Sabtu, 7 Agustus 2021.
Mirdal menekankan generasi muda harus terus mengasah skill, serta karakter profesional dan moral. Karakter profesional meliputi etos kerja, rajin, juga daya tahan terhadap stres, dan tak mudah menyerah.
Sedangkan, karakter moral yang harus dipupuk yakni jujur, berintegritas, dan sejenisnya. Dua karakter ini perlu dipadukan dengan skill yang mumpuni.
Baca: CEO Media Group: Anak Muda Harus Disiapkan Jadi Pemimpin Sejak Hari Ini
Mirdal mengatakan, masa pandemi yang sudah berjalan 1,5 tahun belakangan ini harus benar-benar disiasati untuk mewujudkan generasi pemimpin di masa depan. Bila tidak, sulit bagi generasi muda saat ini bersaing di era disrupsi mutlak yang bakal terjadi sesudah pandemi covid-19.
"1,5 tahun pandemi apabila tidak disiasati, bisa jadi generasi muda kita ahli drama Korea atau ahli rebahan. Pandemi ini masa yang paling penting untuk menyiapkan diri kita mau jadi apa," ungkapnya.
Menurut dia, generasi muda saat ini harus berkaca pada generasi muda di 1928, yang ketika itu melahirkan karya besar berupa Sumpah Pemuda. 20 tahun setelahnya, generasi tersebut jadi yang berperan besar membawa Indonesia merdeka dari penjajah.
Padahal, menurut Mirdal, semua persyaratan untuk gagal menjadi negara besar ada di masa generasi muda 1928. Namun, mereka memiliki karakter dan tekad yang amat kuat sehingga bisa berhasil.
Baca: CEO Media Group: Karyawan bukan Alat, tapi Aset
"Hari ini sebaliknya, internet ada di mana-mana, potensi membawa negara berhasil dan memimpin di 2045 itu kita miliki. Tapi, karakter sebagai negara berhasil itu sekarang menjadi pekerjaan rumah kita ke depan," ungkapnya.
Menurut Mirdal, bonus demografi yang dimiliki Indonesia akan sia-sia, jika skill, karakter profesional dan karakter moral tidak diperkuat hari ini. Mirdal mengatakan, kondisi Indonesia saat ini persis seperti Jepang di 1948. Ketika itu, Jepang memiliki generasi muda yang berlimpah.
Mirdal menambahkan, kala itu Jepang berupaya keras menempa generasi muda agar memiliki karakter yang kuat. Akhirnya dalam kurun waktu 18 tahun, generasi yang jadi bonus demografi tadi mampu membawa Jepang sebagai negara ekonomi terbesar ketiga di dunia.
"Bonus demografi kita sekarang ini sangat krusial. Bukan menjadi 'bonus' apabila hari ini kita tidak memperkuat karakter," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News