Jakarta: Pernah dengar istilah childfree? Istilah ini punya makna sebagai gaya hidup yang memutuskan tidak memiliki anak meski sudah menikah. Tren gaya hidup ini disebut tengah mengalami peningkatan di Indonesia maupun luar negeri.
Psikolog Sosial dari Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta Tri Rejeki Andayani menuturkan, salah satu pihak yang perlu dilibatkan dalam pengambilan keputusan childfree ialah keluarga besar. Ia menyebut, pernikahan pada prinsipnya tidak hanya melibatkan dua individu saja, tetapi juga dua keluarga besar. Alhasil, keputusan untuk tidak memiliki anak sebaiknya disampaikan ke orang tua masing-masing.
"Sebab, orang tua dari pasangan suami istri itu tentu memiliki harapan pada pernikahan anak-anaknya. Salah satunya harapan untuk memiliki cucu yang meneruskan keturunannya," kata Tri mengutip siaran pers UNS, Jumat, 2 Juli 2021.
Apabila keputusan tersebut tidak dapat diterima, tentu dapat menjadi tekanan sosial bagi pasangan. Namun, jika dapat diterima, maka pasangan akan lebih mudah menghadapi tekanan sosial dari masyarakat di luar keluarga.
Baca: Kenali Berbagai Kegiatan Creative Expression untuk Atasi Stres
Ketika menemui fenomena childfree, keheranan barangkali akan menjadi respons yang dominan. Mengapa menikah jika kemudian tidak memiliki anak?
Menurut dia, hal ini ini tidak terlepas dari perspektif budaya kolektif. Kultur masyarakat menuntut atau mengharapkan seseorang yang telah memasuki usia dewasa untuk menikah dan setelah menikah akan ditanyakan tentang kehadiran anak.
Beberapa alasan yang melatarbelakangi keputusan tersebut antara lain masalah personal, finansial, latar belakang keluarga, kekhawatiran akan tumbuh kembang anak, isu atau permasalahan lingkungan, hingga alasan terkait emosional atau maternal ‘instinct’.
FOLLOW US
Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan