Berdasarkan hasil uji coba tes korona menggunakan GeNose, menunjukkan angka sensitivitas sebesar 92 persen. Dalam uji validasi yang dilakukan, ada sebanyak 615 sampel napas, dan 382 napas di antaranya disebutkan berpola positif covid-19.
Namun efektivitas alat deteksi covid-19 dengan menggunakan embusan napas tersebut berisiko menurun karena adanya persyaratan yang harus dilakukan oleh pengguna. Yakni tidak boleh merokok atau makan yang berbau menyengat seperti petai sebelum melakukan tes.
Menurut Hermawan, dengan adanya syarat prakondisi tersebut, secara teknis GeNose berpotensi kurang efektif untuk digunakan sebagai screening di stasiun, terminal maupun bandara.
"Untuk mencoba alat ini harus dalam kondisi fit, tidak makan berbau menyengat atau merokok. Oleh karena itu penggunaan ini kurang efektif di kala penempatannya di sentra-sentra mobilitas seperti terminal, stasiun ataupun bandara. Yang akhirnya menghambur-hamburkan anggaran, di saat kita butuh anggaran itu untuk mengoptimalkan kesehatan masyarakat," terangnya dalam siaran pers, Kamis, 28 Januari 2021.
Baca juga: Baca juga: Deteksi Covid-19 dengan GeNose, Harus Puasa Petai Hingga Rokok
Selain itu, sulit memastikan pengguna jujur atau tidak dalam memenuhi persyaratan itu sebelum melakukan tes. Apalagi jumlah perokok di Indonesia mencapai 67 persen dari laki-laki dewasa.
Sedangkan yang tidak merokok berpotensi menghirup asap rokok dari sekitarnya. Efektivitas GeNose akan lebih optimal dilakukan dalam kondisi tertentu. Hermawan berharap dengan adanya GeNose bukan berarti bisa melonggarkan masyarakat untuk bepergian di tengah pandemi.
GeNose dipilih, salah satunya karena memiliki efisiensi dari segi harga. Diperkirakan harga satu kali tes hanya sekitar Rp15 ribu- Rp25 ribu.
Namun menurut Guru Besar Fakultas Kesehatan Universitas Indonesia, Hasbullah Thabrany, harus dilakukan verifikasi untuk membuktikan efektivitas dan efektivitas biaya. Untuk efektivitas biaya bukan hanya tergantung dari tarif yang ditentukan, tapi secara keseluruhan.
"Cost efektif artinya biaya yang dikeluarkan memang memiliki efek yang termurah. Itu bukan hanya masalah harga. Misalnya beli motor buatan China harganya Rp10 juta, buatan Jepang Rp 30 juta. Tapi buatan China dalam tiga tahun rusak, buatan Jepang tahan 10 tahun. Nah yang lebih cost efektif yang Jepang," terangnya.
Sebelumnya, PT Kereta Api Indonesia (Persero) memperbolehkan tes cepat deteksi dini covid-19 GeNose sebagai salah satu persyaratan bagi calon penumpang untuk naik kereta api jarak jauh terhitung mulai 26 Januari hingga 8 Februari 2021. GeNose boleh digunakan sebagai alternatif pilihan selain rapid test antigen dan PCR swab test.
Aturan tersebut sesuai dengan Surat Edaran Kementerian Perhubungan Nomor 11 Tahun 2021 tentang Perpanjangan Pemberlakuan Petunjuk Pelaksanaan Perjalanan Orang dengan Transportasi Perkeretaapian dalam masa pandemi covid-19.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News