"Itu sudah ada dalam Standar Operasional Prosedur (SOP). Kalau orang mau dites itu harus puasa dari rokok, alkohol, makanan petai," kata Ketua Tim Pengembang GeNose, Kuwat Triyana kepada Medcom.id, Selasa, 5 Januari 2021.
Hal tersebut diketahui setelah GeNose melalui uji diagnostik kepada masyarakat yang lebih luas. Menurutnya puasa minimal 30 menit itu bukanlah merupakan kelemahan satu alat.
"Itu bukan kelemahan alat, itu namanya prekondisi pasien. Sama seperti orang uji darah kan dia mesti puasa enam jam begitu," terang Kuwat.
Baca juga: Pengembang Luruskan Berbagai Tuduhan Soal Kelemahan GeNose
Kuwat menerangkan, orang yang memakan petai, merokok atau minum alkohol sebelum tes akan mendapatkan hasil tes yang sifatnya abu-abu. Atau berada di antara garis positif dan negatif.
"Dengan nilai pertengahan itu ya tinggal kita minta sikat gigi untuk membersihkan mulut. Lalu 30 menit berikutnya datang lagi, kita cek lagi maka hasilnya itu negatif. Jadi tidak ada masalah," jelasnya.
Dia menyayangkan, ada beberapa pihak yang menganggap, tidak terdeteksinya napas pasien akibat mengonsumsi makanan tertentu diasumsikan sebagai kelemahan alat. Padahal hal itu hanya bentuk prekondisi terhadap pasien sebelum menggunakan alat.
"Namanya semua alat pasti ada prekondisi. Sama juga dengan pasien, juga pasti ada prekondisinya. Dan itu sudah menjadi SOP," tutup dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News