Penelitian Fapet UGM, protein kolagen dari kulit domba Garut. DOK UGM
Penelitian Fapet UGM, protein kolagen dari kulit domba Garut. DOK UGM

Peneliti Fapet UGM Kembangkan Protein Kolagen dari Domba Garut Cegah Hipertensi

Renatha Swasty • 04 Desember 2024 15:36
Jakarta: Peneliti dari Fakultas Peternakan (Fapet) UGM, Prof. Yuny Erwanto, beserta tim tengah mengembangkan protein kolagen dari kulit domba Garut yang diisolasi kemudian dihidrolisis menjadi oligopeptide. Hasil penelitian menunjukkan protein dari kulit domba Garut mempunyai aktivitas sebagai agen antihipertensi.
 
“Data-data penelitian menunjukkan bahwa potensi protein dari kolagen kulit domba Garut dapat menjadi agen bioaktif sebagai penghambat antihipertensi. Penelitian ini masih berjalan dan diharapkan nantinya akan menghasilkan sekuen bioaktif peptide yang berpotensi untuk dihilirkan di pasaran sebagai salah satu agen antihipertensi yang bersifat alami,” papar Yuny dalam keterangan tertulis yang diterima Medcom.id, Rabu, 4 Desember 2024.
 
Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Kerjasama Fapet UGM ini menuturkan penelitian bekerja sama dengan para peneliti internasional yang mempunyai keahlian, yaitu Prof. Fidel Toldra dan tim dari IATA Spanyol.

Ia menjelaskan hipertensi masih menjadi penyakit penyebab kematian kategori tinggi di Indonesia. Kementerian Kesehatan menyebutkan data dari Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 dan studi kohort penyakit tidak menular (PTM) 2011-2021, hipertensi merupakan faktor risiko tertinggi penyebab kematian keempat, yaitu sebesar 10,2 persen.
 
Salah satu penyebab utama tekanan darah tinggi adalah berubahnya angiotensin I menjadi angiotensin II dalam ginjal. Angiotensin I adalah sekuen oligopeptide dengan panjang 10 asam amino apabila dirubah menjadi angiotensin II yang berjumlah 8 asam amino ternyata akan menjadi penyebab pembuluh darah mengalami pengkerutan yang berakibat tekanan darah akan naik.
 
Baca juga: Fapet UGM Tingkatkan Reproduksi Embrio Berkualitas Hewan Ternak Melalui Metode IVF

Kondisi tersebut terjadi karena ada enzim yang mengubah angiotensin I ke angiotensin II yang disebut angiotensin converting enzym (ACE). Salah satu cara menurunkan tekanan darah adalah menghambat kerja ACE agar tidak mengubah Angiotensin I ke Angiotensin II sehingga ACE akan menurunkan kinerjanya.
 
“Kalau ada substrat yang mampu memikat enzim maka kerja enzim akan menjadi terhambat. Nah, salah satu cara melakukan penghambatan tersebut dapat dilakukan apabila ada sekuen peptide yang bisa menempel ke ACE sehingga aktivitasnya dalam mengubah ang I ke ang II menjadi menurun. Bahan penghambat yang berupa oligopeptide atau protein rantai pendek itu disebut sebagai bioaktit peptide,” papar dia.
 
Yuny menjelaskan pencarian sumber-sumber protein bioaktif dari pangan hasil ternak terus berlangsung. Pemahaman masyarakat yang mempercayai produk peternakan seperti daging, susu dan telur sebagai penyebab hipertensi tidaklah tepat.
 
Menurutnya, pangan tersebut adalah sumber protein yang ketika dikonsumsi dengan cara benar, yaitu makan dagingnya bukan bagian lemaknya, akan sangat bermanfaat. Ia menjelaskan protein dari produk peternakan tersebut dalam tubuh akan dipecah oleh berbagai macam enzim.
 
Dari protein alami yang dalam bentuk aslinya tidak mempunyai kemampuan bioaktif akhirnya menjadi mempunyai kemampuan bioaktif setelah dilakukan pemecahan menjadi peptide yang sederhana atau protein rantai pendek. Dalam ranah komersial sering disebut protein oligopeptide.
 
Protein yang sudah dipecah menjadi bentuk pendek ini kemudian dikenal menjadi bioaktif peptide. Artinya, peptide yang mempunyai aktivitas tertentu membantu fungsi kesehatan manusia.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan