Guru Besar ke-212 Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Prof Dr Hendro Juwono MSi. DOK ITS
Guru Besar ke-212 Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Prof Dr Hendro Juwono MSi. DOK ITS

Profesor ITS Berhasil Buat Biofuel dari Campuran Biomassa dan Plastik

Renatha Swasty • 07 Maret 2025 10:14
Jakarta: Meningkatnya jumlah penggunaan plastik di masyarakat menciptakan berbagai masalah lingkungan. Guru Besar ke-212 Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Prof Dr Hendro Juwono MSi, meneliti degradasi plastik dengan biomassa menjadi biofuel.
 
Profesor dari Fakultas Sains dan Analitika Data (FSAD) ITS yang berfokus pada bidang polimer dan degradasi plastik ini menjelaskan sumber polimer dibagi menjadi dua, yaitu polimer alam dan sintetis. Polimer alam memiliki sifat mudah terdegradasi dan terurai kembali ke alam.
 
“Polimer alam itu seperti karet, protein, tepung, dan kolagen,” papa Hendro dalam keterangan tertulis yang diterima Medcom.id, Jumat, 7 Maret 2025.  

Sementara itu, polimer sintetis sulit terdegradasi dan terurai kembali ke alam. Contoh polimer sintetis yaitu polietilen, polipropilen, dan polistiren sebagai bahan baku plastik.
 
Plastik merupakan turunan dari bahan tak terbarukan karena memiliki kesamaan dengan senyawa bahan bakar, seperti minyak bumi dan gas. Hendro melakukan penelitian dengan metode pirolisis terhadap polimer plastik yang mudah terdegradasi.
 
Baca juga: Mahasiswa ITS Bikin Lemari Es Ramah Lingkungan

Dalam penelitiannya, plastik yang telah diolah tersebut diuji dan menunjukkan angka Research Octane Number (RON)-nya mencapai nilai 98 hingga 102. “Angka RON yang muncul menunjukkan kualitas lebih bagus daripada bahan bakar yang sekarang beredar di masyarakat,” ujar dia.
 
Meskipun angka RON menunjukkan kualitas bagus, tetapi masih ada kekurangan. Hendro menuturkan untuk membuat limbah plastik menjadi gasoline memerlukan suhu sebesar 400 derajat celcius sehingga memerlukan tegangan listrik cukup besar.
 
Sedangkan, untuk biomasa seperti minyak nyamplung, Crude Palm Oil (CPO), dan Waste Cooking Oil (WCO) hanya memerlukan suhu sebesar 250 derajat celcius. Untuk menghemat proses biaya, Hendro mencampurkan biomassa nyamplung, WCO, dan CPO tersebut dengan limbah plastik.
 
Ketika biomassa nyamplung, CPO, dan WCO dicampurkan dengan limbah plastik, dalam prosesnya suhu yang diperlukan hanya sebesar 300 derajat celsius. Selain untuk menghemat pengeluaran yang besar, bahan yang dibutuhkan juga lebih murah dan mudah didapatkan.
 
“Penelitian ini memerlukan kesabaran dan waktu yang cukup lama,” kata Hendro yang melalui serangkain penelitian untuk orasi ilmiah dalam pengukuhannya sebagai Profesor ITS tersebut.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan