Inventor Katalis Merah Putih adalah Kepala Center for Catalysis and Reaction Engineering Institut Teknologi Bandung (CaRE ITB), Prof. Dr. Ir. Subagjo. DOK ITB
Inventor Katalis Merah Putih adalah Kepala Center for Catalysis and Reaction Engineering Institut Teknologi Bandung (CaRE ITB), Prof. Dr. Ir. Subagjo. DOK ITB

Katalis Merah Putih, Wujud Kemandirian Rekayasa Reaksi Kimia

Renatha Swasty • 22 Desember 2023 19:12
Jakarta: Indonesia selangkah demi selangkah mewujudkan kemandirian dalam Rekayasa Reaksi Kimia salah satunya dengan Katalis Merah Putih. Penelitian dilakukan dalam waktu panjang, bertahap, dan dalam berbagai skala untuk menghasilkan karya terbaik.
 
Dikutip dari laman itb.ac.id, katalis merupakan bahan yang mampu mempercepat reaksi kimia hingga triliunan kali lipat dan mengarahkan reaksi kepada produk yang diinginkan. Bahan tersebut banyak digunakan dalam rekayasa reaksi kimia.
 
Hampir 90 persen proses industri kimia melibatkan katalis. Tidak heran, muncul istilah katalis sebagai “jantung” bagi industri kimia.

Katalis menjadi kunci untuk berbagai industri, mulai dari kimia, pengilangan minyak dan gas, hingga energi baru terbarukan berbasis biomassa dan minyak nabati. Meski kedudukannya sangat penting, industri kimia di Indonesia masih menggunakan katalis impor.
 
Katalis yang mampu dalam pemenuhan tuntutan efisiensi waktu, bahan baku, dan energi, serta pelestarian lingkungan, menjadi parameter kesuksesan dalam membuat katalis dengan sifat dan kinerja yang baik.
 
Inventor Katalis Merah Putih adalah Kepala Center for Catalysis and Reaction Engineering Institut Teknologi Bandung (CaRE ITB), Prof. Dr. Ir. Subagjo. Pada 1976, Subagjo melanjutkan pendidikan di Universite de Poitiers, Perancis, dan mendalami katalis.
 
Pada 1981, Subagjo kembali ke tanah air dan setahun berselang, bersama Prof. Sudarno menggunakan katalis zeolit untuk proses perengkahan (cracking) stearin, sisa pabrik minyak goreng untuk menghasilkan bahan bakar minyak seperti bensin. Namun, pengembangan bensin dari stearin tidak dapat dilanjutkan karena persoalan ekonomis sehingga sulit diterima industri.
 
Meski begitu, upaya menemukan bahan bakar nonfosil terus dilakukan. 14 tahun berselang tepatnya pada 1996, skema kerja sama dengan industri mulai dijalin.
 
PT Pupuk Iskandar Muda (PIM) menggandeng ITB melalui skema kerja sama mengembangakan adsorben H2S dalam gas bumi. Pada 1999, peneliti ITB memperoleh formula adsorben yang kapasitas adsorpsinya dua kali lipat kapasitas adsorben yang diimpor oleh PT PIM. Adsorben tersebut lalu diberi nama PIMIT-B1, kepanjangan dari PIM-ITB kesatu.
 
Pada 2003, dosen-dosen Program Studi Teknik Kimia yang tergabung dalam Laboratorium Teknik Reaksi Kimia dan Katalisis, sepakat melakukan penelitian dengan topik yang sama dalam bidang katalis. Harapannya, jika dilakukan bersama, katalis hasil karya peneliti Indonesia akan semakin berdampak.
 
Mereka adalah Prof. Dr. Ir. Subagjo, DEA, Prof. Dr. Ir. I.G.B. Ngurah Makertihartha, dan Dr. Ir. Melia Laniwati Gunawan, M.S. Sejak 2003, kerja sama dengan berbagai pihak untuk pengembangan katalis dilakukan dengan hasil yang baik.
 
Cita-cita agar Indonesia mampu memproduksi katalis sendiri dalam negeri akhirnya terwujud. Pada 29 Juli 2020, digelar joint venture agreement antara PT Pertamina Lubricants, PT Pupuk Kujang Cikampek, dan PT Rekacipta Inovasi ITB untuk membuat pabrik katalis pertama di Indonesia bernama PT Katalis Sinergi Indonesia.
 
Pada 15 Maret 2022, dilakukan Groundbreaking Pendirian Pabrik Katalis yang diresmikan oleh Menteri ESDM, Arifin Tasrif. Lalu pada 2023, kontruksi pabrik katalis sudah selesai dan seluruh peralatan sudah diuji coba.
 
PT KSI melakukan penjualan produk perdananya dengan jumlah 11 ton katalis NHT ke kilang Pertamina Refinery Unit V Balikpapan pada 1 Desember 2023. Ini menjadi bentuk nyata karya riset anak bangsa yang diproduksi bangsa sendiri untuk kedaulatan energi negeri. Keberhasilan perjalanan tersebut tidak lepas dari berbagai kolaborasi yang terjalin.
 
Baca juga: ITB Gandeng ThorCon Power Luncurkan Laboratorium Molten Salt Pertama di Indonesia

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan