Hemoglobest, detektor hemoglobin non-invasif karya mahasiswa ITS. DOK ITS
Hemoglobest, detektor hemoglobin non-invasif karya mahasiswa ITS. DOK ITS

Mahasiswa ITS Gagas Hemoglobest, Detektor Hemoglobin untuk Penderita Lupus

Renatha Swasty • 29 Januari 2024 14:45
Jakarta: Lupus merupakan salah satu jenis penyakit autoimun yang dapat menyebabkan dampak berbahaya ketika penderita mengalami anemia. Hal ini mendorong tim mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menggagas detektor hemoglobin non-invasif untuk mengukur kadar hemoglobin serta memprediksi kemungkinan terjadinya penyakit anemia dengan bantuan kecerdasan buatan.
 
Pengembangan detektor hemoglobin non-invasif yang diberi nama Hemoglobest tersebut menambahkan kecerdasan buatan STM32 di dalamnya. Dengan adanya kecerdasan buatan, perangkat ini mampu melakukan perhitungan efisien hingga mempercepat prediksi kondisi anemia.
 
STM32 juga dapat menghemat daya dan berfungsi sebagai microcontroller. Detektor hemoglobin rancangan Tim Hemoglobest ITS ini nantinya dikhususkan untuk mendeteksi dan memprediksi anemia bagi penderita Systemic Lupus Erythematosus (SLE).

Penderita lupus memerlukan pendekatan khusus dalam mendeteksi penyakit anemia. Sebab, kadar hemoglobin cenderung lebih rendah ketimbang non-lupus.
 
Ketua Tim Hemoglobest ITS, Muhammad Taufiqul Huda, menjelaskan anemia pada penderita lupus berpotensi merusak struktur sel organ tubuh. Hal tersebut dapat terjadi karena perubahan kadar hemoglobin di dalam darah orang normal tidak sedrastis pada penderita lupus.
 
“Alat ini dilengkapi dengan sistem prediksi anemia sehingga dapat dipakai oleh penderita lupus sebagai peringatan dini,” papar dia dalam keterangan tertulis, Senin, 29 Januari 2024.
 
Detektor gagasan mahasiswa ITS ini menggunakan prosedur secara non-invasif. Prosedur ini mengacu pada tindakan medis yang tidak perlu memasukkan alat melalui sayatan pada kulit, sehingga tidak membuat kulit terluka.
 
“Dengan begitu, alat akan lebih mudah untuk digunakan serta tidak memberikan rasa sakit,” papar mahasiswa yang juga tergabung dalam tim robotik Banyubramanta ITS itu.
 
Huda memaparkan alat ini memakai lima spektrum cahaya yang nantinya akan diserap oleh hemoglobin dalam darah pada pembuluh kapiler jari tangan. “Hal itu pun menjadikan hasil deteksi lebih efektif dibandingkan dengan oximeter yang hanya menggunakan dua spektrum,” jelas mahasiswa Departemen Teknik Elektro ini.
 
Huda mengatakan untuk mengetahui kadar hemoglobin, spektrum cahaya yang masuk akan diterima oleh sensor dalam alat dan dianalisis pola dari masing-masing spektrumnya. Setelah dilakukan analisis, selanjutnya akan keluar kadar hemoglobin yang sedang membawa oksigen dan yang tidak membawa oksigen. Dari situ dapat dilihat kadar hemoglobin hingga prediksi anemianya.
 
Detektor hemoglobin non-invasif terbukti menghasilkan limbah lebih sedikit ketimbang detektor hemoglobin invasif. Penggunaan alat non-invasif akan mengurangi jumlah limbah medis yang dihasilkan, seperti test strip dan peralatan sekali pakai yang digunakan dalam prosedur invasif.
 
“Dengan adanya alat ini tentunya akan mengurangi limbah sampah medis yang ada di Indonesia,” ujar Huda.
 
Inovasi tim kelompok Program Kreativitas Mahasiswa Karsa Cipta (PKM-KC) yang dipandu dosen dari Departemen Teknik Elektro ITS, Astria Nur Irfansyah, ini meraih medali perak pada kategori Presentasi pada Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) ke-36 Tahun 2023.
 
Baca juga: Alat Pengasapan Lele Karya Mahasiswa UGM Bikin Penasaran Pengunjung di Pimnas ke-36

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan