Peneliti LPPM IPB, Nuri Andarwulan. Foto: IPB/Humas
Peneliti LPPM IPB, Nuri Andarwulan. Foto: IPB/Humas

Keluak Mengandung Sianida? Ini Jawaban Pakar IPB

Citra Larasati • 23 April 2021 09:12
Jakarta:  Bagi sebagian masyarakat Indonesia, pasti tak asing dengan keluak. Biasanya keluak digunakan sebagai rempah untuk masakan berkuah seperti rawon atau soto konro.
 
Penyebutan kluwek ini bisa jadi berbeda di setiap daerah. Ada yang menyebut sebagai keluak, kluwek, pangi, kepayang, atau sebutan lainnya.  Lantas benarkah keluak mengandung sianida yang berbahaya?
 
Keluak merupakan biji dari buah picung yang diproses menjadi bahan rempah untuk masakan. Dalam bahasa latin, tanaman picung disebut sebagai Pangium edule.

Tanaman ini mirip sekali dengan pohon randu, pohonnya berukuran besar dan buah bergelantungan dengan siklus panen sekitar 8-9 bulan sekali. Buah mengandung biji dengan jumlah ganjil yaitu 7-13 biji perbuah.
 
Peneliti Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Institut Pertanian Bogor (IPB), Nuri Andarwulan mengatakan, biji dan buah picung segar memang memiliki senyawa yang mengandung sianida yang sangat tinggi.  Kandungan ini biasa disebut sianogenik glikosida.
 
Senyawa tersebut mudah melepaskan asam sianida saat daging buah dan biji terluka.  Jadi menurut Nuri, akan sangat berbahaya jika mengkonsumsi daging buah dan biji ini dalam keadaan segar. 
 
Karenanya, masyarakat biasanya menyimpan buah ini hingga busuk, lalu mengambil bijinya untuk diolah menjadi keluak.  “Buah ini memang beracun, mematikan orang kalau dikonsumsi segar, karena mengandung sianida. Makanya setelah panen, biasanya buah disimpan. Setelah itu bijinya diambil dan dikumpulkan untuk dicuci bersih lalu direbus,” kata Guru Besar Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan (ITP) Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta) IPB ini.
 
 
  • Halaman :
  • 1
  • 2
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan