Inclinometer alat pengukur kemiringan tanah buatan ITS. Foto: Dok. ITS
Inclinometer alat pengukur kemiringan tanah buatan ITS. Foto: Dok. ITS

Inclinometer, Alat Pengukur Kemiringan Tanah untuk Industri Inovasi ITS

Citra Larasati • 11 November 2021 09:11
Jakarta:  Divisi Inkubator dan Inovasi Teknologi yang bernaung di bawah Departemen Teknik Instrumentasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) meresmikan Program Pengembangan Piranti Inclinometer Sistem Mandiri.  Inclinometer merupakan teknologi yang digunakan untuk menganalisa dan menghitung kemiringan tanah.
 
Namun beberapa industri yang bergerak di bidang konstruksi tanah seperti PT Teknindo Geosistem Unggulan, masih mengimpor alat tersebut dari luar negeri. Bila terjadi kerusakan alat, perusahaan juga diwajibkan mengirimkan alat ke negara asal untuk diperbaiki dan memakan waktu lama.
 
“Pemakaian produk lokal juga dapat menghemat biaya pengeluaran industri,” ucap Murry Raditya, ketua tim Divisi Inkubator dan Inovasi Teknologi ITS, dikutip dari keterangan tertulis ITS, Kamis, 11 November 2021.

Pengembangan piranti untuk digunakan oleh PT Teknindo Geosistem Unggul ini sekaligus mendukung upaya pemerintah dalam optimalisasi Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) dalam pengadaan barang dan jasa. Industri harus menggunakan produk dalam negeri setidaknya 43,3 persen dari total kesuluruhan piranti dan ditargetkan akan naik menjadi 50 persen pada tahun 2024. 
 
Lebih lanjut, dosen Departemen Teknik Instrumentasi ini menambahkan, bahwa inclinometer ini telah berbasis internet of things (IoT), sehingga dapat memantau hasil data pengukuran pada jarak jauh. Hasil pengukuran akan terbaca secara real time melalui server khusus yang telah disediakan dengan akurasi di atas 95 persen.
 
“Server khusus ini akan menjaga keamanan data agar tidak mudah dicuri,” jelasnya.
 
Baca juga:  Unand Terapkan Teknologi Pintar Pertanian pada Usaha Hidroponik
 
Dalam penggunaannya, lanjut Murry, tanah perlu dibor terlebih dahulu hingga kedalaman tertentu lalu casing inclinometer berupa pipa ditancapkan hingga batas titik pengukuran. Selanjutnya, probe sensor akan dimasukkan ke dalam pipa.
 
Probe sensor nantinya akan terus bergerak naik ke permukaan mengikuti arah kemiringan tanah. “Probe sensor akan mengirimkan data ke reciever yang selanjutnya terbaca di software untuk dianalisa kembali,” paparnya.
 
Murry bersama Dwi Oktavianto Wahyu Nugroho ST MT dan 13 mahasiswa Departemen Teknik Instrumentasi ITS lainnya berhasil membuat alat ini hingga selesai dalam kurun waktu 10 bulan. “Alat ini juga cocok diterapkan dalam sistem perencanaan longsor di Indonesia,” ujar Murry.
 
Terakhir, Murry berharap bahwa inovasi ini dapat diaplikasikan pada bidang ilmu lain yang berkolerasi dengan pergeseran tanah. Ia juga berharap agar ke depannya alat ini bisa dikembangkan lebih luas di Indonesia.
 
“Semoga alat ini mampu memberikan manfaat untuk bangsa Indonesia,” tuntasnya. 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan