"Oleh karena itu, sudah seharusnya seluruh negara bersatu untuk mengatasi perubahan iklim sesuai dengan Kesepakatan Paris," tuturnya.
Pembicara lainnya, yakni Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa, menjelaskan, untuk selaras dengan target Kesepakatan Paris, maka pasokan energi Indonesia harus melakukan transformasi. Pasokan energi terbarukan harus mencapai lebih dari 70 persen dari total kebutuhan energi di 2050.
Fabby menilai, peran generasi muda, terutama mahasiswa, sangat penting. Hal ini untuk mendorong perubahan kebijakan dan praktik yang lebih berpihak pada upaya nyata dalam mengatasi perubahan iklim sekaligus mendorong transisi energi.
Baca: Pakar Unair: Propaganda di Medsos, Terorisme Modern Sasar Milenial
Sementara itu, Direktur Konservasi Energi, Direktorat Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM RI Luh Nyoman Puspa Dewi mengatakan, subsektor energi baru terbarukan memegang peranan penting d Indonesia.
Saat ini, subsektor tersebut melalui pemanfaatan energi baru terbarukan dan penerapan efisiensi energi telah berhansil menyumbang sekitar 73 persen atau 47,2 juta CO2 equivalent.
"Potensi energi terbarukan Indonesia yang besar dapat bermanfaat untuk memperbaiki ekonomi masyarakat yang terdampak oleh pandemi dan mewariskan energi yang ramah lingkungan bagi generasi mendatang," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News