Adhitya mengatakan, selama ini Tim Akselerasi telah berdialog dengan 300 industri. Beberapa industri mengaku menemukan sejumlah tertantang dalam menjalin kolaborasi dengan perguruan tinggi.
Beberapa tantangan kolaborasi tersebut di antaranya belum adanya ruang kolaborasi untuk berdialog antara perguruan tinggi dan IDUKA. Kemudian belum ada pemerataan kerja sama antara perguruan tinggi dan IDUKA, serta masih minimnya informasi mengenai produk/jasa yang ditawarkan oleh perguruan tinggi.
“Dalam beberapa kasus, terdapat kampus yang memiliki banyak mitra, sedangkan di sisi lain masih terdapat kampus yang kesulitan dalam mencari mitra dikarenakan akses yang belum mendukung,” papar Adhitya, dalam Webinar Kedaireka Outlook 2021, Kamis, 3 Februari 2021.
Baca juga: Kedaireka 'Sand Box' ala Indonesia Bantu Mahasiswa Bangun Startup
Berdasarkan hal tersebut, Kedaireka hadir untuk memberikan kesempatan kepada seluruh insan pendidikan tinggi dalam mempublikasikan produk hasil pemikirannya. Sehingga seluruh informasi produk yang telah dihasilkan dapat diakses oleh IDUKA.
Adhitya mengatakan, Kedaireka dapat membuka kesempatan yang sama bagi seluruh perguruan tinggi untuk bekerja sama dengan berbagai industri. Tidak hanya itu, Kedaireka juga mampu memangkas rantai birokrasi yang ada selama ini.
"Sehingga melalui platform ini insan dikti hanya perlu mengunggah proposal inovasi dan nanti industri akan melihat inovasi yang cocok untuk berkolaborasi,” jelas Adhitya.
Adhitya juga menjelaskan, bahwa terdapat beberapa perbedaan platform Kedaireka dengan platform lainnya. Yaitu adanya dana pendamping sebesar Rp250 miliar, serta adanya keterlibatan mahasiswa dalam program kolaborasi dalam akselerasi kemampuan mahasiswa untuk berkembang optimal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News