Menanggapi persoalan tersebut, Universitas Gadjah Mada (UGM) menggelar talkshow dengan menghadirkan pakar sosiologi kriminal dan psikologi perkembangan. Pembahasan pun mengerucut kepada pentingnya peran lembaga keluarga sebagai 'kunci' penting dalam pengentasan kasus klitih.
Sosiolog kriminal UGM Soeprapto mengatakan, terdapat permasalahan yang kompleks di balik tindak perilaku klitih tersebut. Hal ini dimulai dari persoalan telah terciptanya organisasi terstruktur, doktrinasi para alumni yang mewariskan permusuhan, dan lain sebagainya.
Oleh karena itu, untuk menyelesaikannya maka diperlukan upaya sistematis dan terintegrasi. Soeprapto berharap semua pihak harus turut andil dalam pengentasannya.
"Saya mengharapkan bahwa penanganan ini jangan hanya dibebankan pada aparat keamanan atau pemerintah. Tapi mari lakukan secara sistemik, (yakni melingkup) lembaga keluarga, pendidikan, agama, pemerintah, dan masyarakat," tutur Soeprapto mengutip siaran pers UGM, Jumat, 14 Januari 2022.
Soeprapto mengatakan keluarga merupakan lembaga awal dan mendasar bagi setiap orang. Apabila lembaga keluarga tersebut tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya, yakni terkait fungsi sosialisasi, perlindungan, afeksi, dan lain sebagainya, maka upaya pengentasan yang dilakukan oleh lembaga-lembaga di luar keluarga akan terancam percuma.
Baca: Menelisik Fenomena Klithih, Kejahatan Jalanan Remaja di Yogyakarta
Ada banyak hal yang bisa dilakukan keluarga untuk mencegah terjadinya klitih. Soeprapto menjelaskan bahwa tindak perilaku klitih rata-rata terjadi lepas tengah malam. Lembaga keluarga pada waktu-waktu tersebut sebaiknya peka terhadap keberadaan anggota keluarganya, apakah yang bersangkutan ada di rumah atau tidak dan lain sebagainya.
Psikologi perkembangan Arum Febrianti sepakat bahwa upaya pencegahan terbaik adalah dimulai dari institusi keluarga. Arum mengatakan para pelaku klitih tidak tiba-tiba menjadi seorang kriminal. Ada rekam jejak di balik semua itu yang kemudian dikenal sebagai jalur perkembangan seseorang. Artinya sudah banyak hal yang telah dialami oleh seorang anak.
Jika keluarga tidak bisa berfungsi memberikan contoh yang baik, melindungi keluarganya, dan lain sebagainya, maka anak berpeluang terjerumus kepada tindak perilaku klitih.
"(Oleh sebab itu), kontrol orang tua, kedekatan emosi, dan membangun komunikasi dengan anak itu sangat penting," tutur Arum.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
