Tanaman Alami
Lebih lanjut Rifky menjelaskan, tim kemudian mencari kandungan alam yang mengandung senyawa cytisine. Dibantu dengan dosen pembimbing, tim menemukan hasil penelitian bahwa ekstrak cytisine dapat diperoleh dari genus tanaman Laburnum atau
golden chain tree dalam jumlah yang cukup banyak.
“Kita kemudian telusuri di
marketplace, ada enggak yang jual bibit atau benih laburnum. Ternyata ada di daerah Basinglah, Bangka Belitung. Itulah yang melatarbelakangi kami untuk mengekstrak cytisine dari biji laburnum,” papar Rizky.
Laburnum berjenis Laburnum anagyroides ini dijual para petani di Basinglah sebagai salah satu jenis tanaman hias. Dari hasil penelitian, kandungan senyawan cytisine pada Laburnum anagyroides paling banyak ditemukan di bagian biji.
Diolah Menjadi Lozenges
Tim memiliki ide untuk memformulasikan cytisine tersebut ke dalam bentuk permen atau lozenges. Pemilihan
lozenges didasarkan pada hasil kajian yang menjelaskan efek samping dari tablet cytisine yang dijual di Eropa. Efek yang dirasakan konsumen saat meminum tablet tetsebut adalah adanya mual dan rasa ingin muntah-muntah.
Rifky menjelaskan, tim memilih jenis lozenges yang bertekstur kenyal (chiwi) dibandingkan bertekstur kristal padat. Agar tidak menimbulkan efek mual, tim juga mengombinasikan dengan rasa buah-buahan.
“Tujuannya selain menambah sensasi di mulut, mereka (perokok) bisa ada alternatif psikologis di mulut yang mampu mengalihkan aktivitas di mulut dari keinginan merokok,” ujarnya.
Produk
lozenges tersebut diberi nama “Kokro” yang merupakan pembalikan suku kata dari morfem “rokok”. Rifky menjelaskan, pengubahan suku kata pada rokok menjadi “Kokro” memiliki harapan bahwa produk in mampu mengembalikan kesehatan manusia seperti sedia kala sebelum kecanduan merokok.
“Filosofinya dibalik dengan harapan bisa mengembalikan fitrah manusia sebagai makhluk yang sehat,” kata Rifky.