Bukan hanya sekadar untuk mendapatkan gelar dan kenaikan pangkat semata, guru besar Teknik Informatika ini menegaskan bahwa niat paling penting dari mahasiswa pascasarjana adalah untuk belajar dan meningkatkan kompetensi. Salah satu cara untuk bisa berkompetensi adalah melalui kegiatan penelitian dan melakukan publikasi berupa artikel ilmiah maupun jurnal.
Menyambung topik tersebut, Riyan mengutarakan bahwa yang masih mengakar pada riset di Indonesia yakni mengenai lemahnya jumlah publikasi dari perguruan tinggi. Alumnus University of New Brunswick, Kanada itu menuturkan, rendahnya jumlah publikasi akan berpengaruh pada jumlah sitasi dari seorang akademisi.
“Jumlah publikasi kita sedikit, otomatis sitasi atau jurnal yang mengacu kepada publikasi kita juga rendah,” papar Riyan di hadapan sekitar 700-an maba pascasarjana yang hadir secara luring maupun daring dalam siaran persnya, Selasa, 23 Agustus 2022.
Riyan pun berterus terang, penting bagi ITS khususnya mahasiswa program pascasarjana untuk memajukan iklim keilmiahan dan riset. Namun, tidak hanya kuantitas dalam publikasi yang dimajukan, tetapi kualitas pun patut diperhatikan.
Dosen yang telah mempublikasikan lebih dari 276 artikel ilmiah tersebut menekankan bahwa kompetensi mahasiswa pascasarjana ditunjukkan dari tulisan ilmiah mereka.
Lebih lanjut, Riyan menyayangkan karena masyarakat saat ini lebih aktif dalam mengunggah tulisan informal melalui media sosial, tetapi kurang dalam menyusun karya-karya yang bersifat formal melalui jurnal. Oleh karena itu, memajukan riset menjadi salah satu perhatiannya.
“Mahasiswa pascasarjana akan menjadi penggerak bagi ITS dalam rangka meningkatkan publikasi dan kompetensi penelitian,” tegas ilmuwan peraih Top 2% Scientist in the World tahun 2021 tersebut.
Paten dan Inovasi
Menyikapi hal tersebut, Riyan tidak hanya menginginkan agar mahasiswa pascasarjana melakukan publikasi saja, tetapi sampai bisa mendapatkan hak paten dari inovasi yang diciptakan. Dosen yang juga pernah meraih posisi pertama dalam pemeringkatan Scopus ini mengimbau agar Indonesia tidak secara terus-menerus menjadi konsumen dari perkembangan teknologi, tetapi juga bisa bergerak untuk menghasilkan teknologi.Menurutnya, hak paten bisa mendorong Indonesia menjadi negara yang mandiri dalam teknologi karena transfer teknologi bukanlah hal yang gratis. Riyan berujar, seyogyanya bukan hanya pendidikan yang merdeka, tetapi teknologi pun juga harus merdeka.
“Salah satu masalah paling berat adalah masalah budaya, bangsa kita terbiasa kurang percaya diri dengan produk-produk nasional buatan negeri,” tandas pakar Artificial Intelligence (AI) itu.
Mendukung adanya iklim riset di ITS, Riyan menganjurkan agar setiap sivitas akademika ITS menyusun roadmap atau target yang harus mereka capai. Hal ini bertujuan agar cita-cita sivitas akademika ITS bisa disinkronisasi baik dari dosen, laboratorium, maupun departemen.
Lelaki berkacamata ini juga mengimbau agar mahasiswa pascasarjana memulai riset dan menerapkan teori dari riset mereka untuk menghasilkan produk terapan. Mengakhiri pembicaraan, Kepala Laboratorium Manajemen Cerdas Informasi itu kembali mengingatkan tugas sivitas akademika dalam mewujudkan tridarma perguruan tinggi.
Dalam hal ini, Riyan menginginkan agar selalu ada pembaruan informasi yang berlandaskan riset-riset terbaru. “Jadi, jangan hanya mengacu pada buku yang sudah kuno, landasi dengan penelitian terbaru dan mengabdi kepada masyarakat berdasarkan penelitian terbaru juga,” ujarnya.
Sejalan dengan apa yang disampaikan Riyan, sebelumnya Rektor, Mochamad Ashari juga berpesan agar mahasiswa program pascasarjana tidak hanya berfokus pada nilai dan ijazah semata, tetapi bisa melahirkan inovasi dan kreasi baru. Guru besar Teknik Elektro yang akrab disapa Ashari ini mengungkapkan, mahasiswa pascasarjana menjadi pelopor tidak hanya bagi diri sendiri dan lingkungan, tetapi untuk Indonesia.
“Oleh karena itu, saya berharap agar mahasiswa bisa memanfaatkan fasilitas yang telah ada di ITS,” tuturnya.
Baca juga: Mahasiswa UB Tawarkan Inovasi Pemurnian Cerium Lumpur Lapindo Sebagai Katalis |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News