Ilustrasi:  MI/Rommy Pujianto
Ilustrasi: MI/Rommy Pujianto

Atdikbud Canberra Jembatani Pertemuan Peneliti Indonesia dan Australia

Citra Larasati • 10 November 2021 17:45
Jakarta:  Kantor Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) Canberra gandeng Indonesian Academics and Researchers Network Australia (IARNA) menggelar Strategic Talk “Innovation and Collaboration through Kedaireka".  Acara diikuti dosen dan peneliti dari Indonesia dan Australia untuk menjembatani komunikasi antara peneliti di Indonesia dan Australia terkait hilirisasi hasil-hasil penelitian
 
Atase Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia di Canberra, Mukhamad Najib, menyampaikan, bahwa selama ini ada kesenjangan lebar antara penelitian di kampus atau lembaga penelitian dengan kebutuhan industri. “Industri sering kesulitan mengadopsi temuan penelitian di kampus, salah satunya karena penelitian di kampus dianggap belum memenuhi kebutuhan dunia industri,” jelas Najib dalam keterangan tertulisnya, Rabu, 10 November 2021.
 
Najib mengatakan, saat ini pemerintah melalui Kemendikbudristek mengembangkan Kedaireka sebagai platform yang dapat mempertemukan peneliti di kampus dengan industri. Ia berharap, Kedaireka bisa menjadi penghubung antara kebutuhan industri dengan hasil penelitian di kampus, sehingga hilirisasi bisa terjadi dengan baik.

"Sayang sekali kalau hasil penelitian di kampus hanya bertumpuk di perpustakaan, padahal sangat potensial untuk memberi kebermanfaatan. Semoga Kedaireka bisa membantu proses hilirisasi hasil-hasil penelitian di kampus,” harap Najib.
 
Profesor Swinburne University of Technology sekaligus Presiden IARNA, Akbar Ramdhani, mengungkapkan, bahwa IARNA merupakan jaringan peneliti dan akademisi di Australia yang memiliki ketertarikan dengan Indonesia. “IARNA ingin menjembatani kolaborasi peneliti di Indonesia dan Australia serta menjembatani hasil-hasil penelitian kampus agar bisa diimplementasikan di dunia industri,” tutur Akbar.
 
Ia berharap, diskusi seperti ini dapat terus bersama-sama membuka peluang kolaborasi yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas riset bersama.
 
Baca juga:  Hasil Uji Praklinik Vaksin Produksi Unair Terhadap Hewan, Efisiensi Tinggi
 
Ketua Tim Kerja Akselerasi Kampus Merdeka dan Koordinator Kedaireka, Achmad Adhitya, mengungkapkan, bahwa pemerintah sangat mendorong pengembangan inovasi sebagai kekuatan penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. “Belanda, contohnya, dia negara yang wilayahnya kecil, tapi mampu menjadi salah satu eksportir pertanian terbesar di dunia,” ujar Adhitya.
 
Diterangkan Adhitya, hal ini dapat terjadi karena kekuatan inovasi yang dikembangkan Belanda. “Mereka sangat serius mengembangkan teknologi dan inovasi pertanian, sehingga bisa menghasilkan produk pertanian dengan kualitas dan kuantitas yang berkali lipat, dan menjadi eksportir terbesar di dunia,” ujar Adhitya.
 
Adhitya juga menjelaskan, bahwa Kebijakan Transformasi Dana Pemerintah untuk Pendidikan Tinggi yang telah diresmikan Presiden Joko Widodo itu ditujukan untuk mendukung Kampus Merdeka, dan setelahnya dilanjutkan dengan peluncuran Kedaireka.
 
“Salah satu tantangan dalam ekosistem inovasi di Indonesia adalah keterbatasan akses. Dari 3.000 kampus yang dijajaki, hanya 5% kampus yang memiliki akses untuk bekerja sama dengan industri secara berkelanjutan. Jadi, artinya ada 95 persen kampus yang kesulitan untuk mendorong agar hasil penelitiannya termanfaatkan oleh industri” jelas Adhitya. 
 
Saat ini, tambah Adhitya, sudah ada 3.143 perusahaan yang tergabung dalam platform Kedaireka dan secara organik, hampir 40 perusahaan yang bergabung setiap harinya. “Perusahaan terdiri dari perusahaan multinasional, nasional, maupun perusahaan daerah,” ucap Adhitya.
 
Selain itu, kata Adhitya, Kedaireka juga tengah mendorong kolaborasi dengan lembaga internasional melalui diaspora, di antaranya dengan CSIRO, sebuah lembaga penelitian di Australia. “Totalnya, sudah ada 20.548 pengguna terdaftar di platform Kedaireka, 1.050 proposal matching fund dengan total nilai yang diajukan sebesar Rp1,4 triliun, dan kontribusi industri sebesar Rp1,1 triliun,” ungkap Adhitya. 
 
Dosen IPB Penerima Hibah Kedaireka, Meika Syahbana Rusli, menilai, “Selama ini memang kampus dan industri sering tidak ketemu. Kedaireka merupakan salah satu solusi untuk memfasilitasi kolaborasi kampus dan industri,” ucap Meika. 
 
IPB, diakui Meika, pada 2021 menerima hibah sebesar Rp24 miliar dari Kemendikbudristek dan Rp34 miliar dari perusahaan swasta, sehingga totalnya dana hibah yang didapatkan berjumlah hampir Rp60 miliar. “Dana sebesar itu untuk membiayai 34 proposal hilirisasi temuan-temuan yang sudah dimiliki oleh IPB,” tutur Meika. 
 
 
  • Halaman :
  • 1
  • 2
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan