Alat pemantauan sinyal listrik otak dipasangkan ke kepala pasisen stroke. Foto: Humas ITS.
Alat pemantauan sinyal listrik otak dipasangkan ke kepala pasisen stroke. Foto: Humas ITS.

Inovasi Baru, Rehabilitasi Pasien Stroke Lewat Pemantauan Sinyal Listrik Otak

Arga sumantri • 13 Januari 2022 11:13
Surabaya: Tim gabungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), RSUD dr Soetomo, dan Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA) menciptakan alat monitoring rehabilitasi stroke dengan peninjauan sinyal listrik otak. Alat ini disebut bisa jadi alternatif rehabilitasi pasien stroke yang selama ini masih mengandalkan metode pengamatan visual.
 
Ketua tim penelitian, Adhi Dharma Wibawa menyampaikan gejala stroke mampu merusak kemampuan motorik seseorang, sehingga pemantauan motorik pasien stroke secara berkala dapat meningkatkan akurasi diagnosis. Kemampuan motorik ini dapat ditinjau berdasarkan sinyal listrik otak manusia atau yang dikenal dengan istilah Electro Encephalography (EEG). 
 
"Alat dapat digunakan pasien secara mandiri dengan bantuan tenaga kesehatan dari jarak jauh, sehingga mengurangi aktivitas fisik yang dapat memperburuk kondisi pasien," tutur Adhi mengutip siaran pers ITS, Kamis, 13 Januari 2022.

Baca: RT Lamp BRIN Dapat Izin Edar Kemenkes, Alternatif Deteksi Covid-19
 
Dosen Departemen Teknik Komputer ITS ini menjelaskan bahwa sinyal EEG akan muncul setiap manusia melakukan aktivitas. Mulai dari mengingat, mendengarkan, melihat, bahkan saat menggerakkan anggota tubuh. 
 
Maka dari itu, pasien akan diminta untuk melakukan beberapa pergerakan fisik oleh tenaga kesehatan untuk menganalisis sinyal EEG pasien. "Pasien hanya perlu menggunakan alat di kepala, lalu elektroda yang mengenai kulit kepala akan menangkap dan menguatkan sinyal EEG," jelasnya.
 
Ia menjelaskan, sinyal listrik yang dihasilkan otak sendiri sangat kecil hanya berskala mikro volt, sehingga dibutuhkan penguatan sinyal dan penyaringan noise yang berulang. Setelah dikuatkan, sinyal EEG akan difilter berdasarkan frekuensinya dan dikelompokkan menjadi empat jenis sinyal dasar, yaitu delta, theta, alpha, dan beta.
 
Sinyal yang telah dikelompokkan tersebut akan difilter sekali lagi untuk menghilangkan noise yang timbul. "Alat sangat sensitif terhadap noise bahkan dengan kedipan mata saja dapat mempengaruhi hasil," ujarnya.
 
 
  • Halaman :
  • 1
  • 2
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan