Ilustrasi. Ruang perawatan pasien covid-19 dilengkapi tabung oksigen. Foto: Dok Media Indonesia.
Ilustrasi. Ruang perawatan pasien covid-19 dilengkapi tabung oksigen. Foto: Dok Media Indonesia.

UGM Kembangkan Alat Bantu Produksi Oksigen

Arga sumantri • 09 Juli 2021 14:15
Yogyakarta: Dua peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM), Jayan Sentanuhady dan Eka Firmansyah, mengembangkan alat bantu produksi oksigen untuk skala bangsal rumah sakit. Alat ini diharapkan bisa membantu pasien di rumah-rumah sakit yang sedang membutuhkan oksigen.
 
"Tetapi yang akan kami kembangkan bukan untuk skala kecil atau perseorangan tetapi untuk 5-6 orang sekaligus dalam satu bangsal," kata Jayan mengutip siaran pers UGM, Jumat, 9 Juli 2021.
 
Pengembangan alat ini didasari keterbatasan jumlah oksigen medis yang mulai dialami Indonesia seiring meroketnya kasus covid-19 pada Juli 2021. Ledakan kasus covid-19 yang terjadi di Tanah Air sejak Juni lalu menyebabkan kebutuhan oksigen medis meningkat.

Jayan menjelaskan ada beberapa cara untuk membuat oksigen dan salah satu paling bagus selama ini adalah teknik cryogenic. Teknik ini melalui proses panjang dengan pendinginan ekstrem. Dengan teknik cryogenic ini bisa dihasilkan kemurnian oksigen hingg 99 persen, cuma teknik ini sulit dan mahal.
 
Baca: Bio Farma Targetkan Vaksin Merah Putih Bisa Diproduksi April 2022
 
Teknik lain yang lebih murah dan sederhana adalah dengan teknik Pressure Swing Adsorption (PSA). Tetapi, teknik PSA ini hanya mampu menghasilkan kemurnian oksigen dengan hingga 96 persen itupun dengan flow rate yang rendah. 
 
"Inilah salah satu kelemahan sistem PSA, kemurnian oksigen sangat dipengaruhi oleh flow rate," ungkap Jayan.
 
Apakah oksigen hasil teknik PSA yang dikembangkan UGM sama dengan oksigen medis atau industri? Jayan menjelaskan bahwa oksigen hasi dari PSA dan teknik lain akan sama saja. Proses dan teknik pembuatan yang digunakan hanya memengaruhi kemurnian saja. 
 
Oksigen medis dan non medis hanya berbeda dari alat-alat yang digunakan dalam proses. Misalnya, bila kompresornya tidak oil free, maka akan masuk klasifikasi oksigen industri hasil dari proses tersebut.
 
Bahkan, kata Jayan, oksigen dengan teknik PSA saat ini sudah dijual di pasaran untuk perseorangan dengan harga relatif murah. Hanya saja, kata dia, yang akan dikembangkan ini bukan untuk perseorangan tetapi yang kapasitasnya lebih besar lagi.
 
Baca: Pakar UI Ungkap Cara India Tekan Penyebaran Covid-19 Secara Cepat
 
Jayan menjelaskan teknik PSA lebih murah karena prosesnya lebih sederhana dan hanya butuh kompresi dan adsorpsi serta tekanannya yang dirubah atau dibolak-balik. Meski harga murah dan simpel, teknik ini mendapat tingkat kemurnian oksigen yang sudah cukup bagi kebutuhan pasien.
 
"PSA kan hanya 95 tingkat kemurniannya, tapi 95 itu sudah cukup bagi pasien, kan kalau kita sakit, dokter tidak akan memberikan 95 persen oksigen itu ke kita, tetapi pasti diencerkan dengan udara sampai persentase oksigenyang dibutuhkan pasien," paparnya.
 
Ia mengakui untuk membuat alat bantu oksigen ini tidak semulus yang dibayangkan. Salah satu kendala yang dihadapi, yaitu alat bantu ini untuk pernapasan manusia maka harus melalui medical grade. Mulai kompresor, tubing, tabung dan komponen-komponen lainnya. 
 
"Misal kompresor type oli free harganya cukup mahal dan relatif susah untuk mendapatkannya bila dibandingkan dengan kompresor tipe pelumas," jelasnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AGA)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan