"Dari 1,68 juta orang pada Februari 2024 menjadi sekitar 1,87 juta orang pada Februari 2025, atau naik sekitar 11 persen," dalam laporan penelitian Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI) dikutip Rabu, 10 Desember 2025.
Secara proporsi jumlah ini terbilang kecil berdasarkan penduduk usia kerja. Namun, sinyal tersebut tak bisa diabaikan.
Dalam laporan tersebut dijelaskan peningkatan kelompok putus asa di Indonesia selaras dengan temuan regional. Tekanan struktural di pasar kerja sering muncul terlebih dahulu dalam bentuk meningkatnya inaktivitas yang tidak sukarela, bukan hanya dalam angka pengangguran terbuka.
Kenaikan juga selaras dengan temuan sejumlah lembaga pembangunan, termasuk laporan Bank Dunia.
Saat ini, Indonesia tertinggal dalam penciptaan pekerjaan formal dengan produktivitas menengah. Akibatnya, proses pencarian kerja menjadi semakin kompetitif bagi pencari kerja yang pendidikannya rendah, pengalaman kerja minim, atau keterampilannya tidak sesuai dengan kebutuhan pekerjaan yang lebih modern.
Baca Juga :
10 Provinsi dengan Tingkat Pengangguran dan Rasa Putus Asa Cari Kerja Tertinggi di Indonesia
Di sisi lain, Bank Dunia juga menekankan masih lemahnya sistem informasi pasar kerja dan layanan penempatan kerja di Indonesia. Sehingga pencari kerja sering tidak memiliki informasi jelas tentang lowongan dan keterampilan yang dibutuhkan.
"Dalam konteks seperti itu, wajar jika sebagian penduduk yang sebelumnya aktif mencari pekerjaan kemudian merasa upaya mereka tidak realistis untuk dilanjutkan," lanjut laporan LPEM FEB UI.
Lebih rinci, bila dilihat dari proporsi penduduk yang tidak bekerja dan tidak mencari kerja karena putus asa dapat juga dilihat dari tingkat pendidikannya. Terbesar adalah lulusan SD atau tidak tamat SD sebesar 50,07 persen.
"Kemudian, SMP 20,21 persen, SMA 17,29 persen, SMK 8,09 persen, Diploma 1,57, S1 2,42 persen dan S2 hingga S3 0,35 persen," ungkap laporan tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News