Ternyata angka tersebut tidak sepenuhnya akurat. Faktanya, menurut berbagai penelitian, kesamaan DNA antara manusia, simpanse, dan juga bonobo memang sangat tinggi, tetapi angka 99 persen itu hanya menggambarkan sebagian dari genom.
Apabila dilihat lebih detail, ada perbedaan penting dalam susunan informasi genetik yang membuat hubungan ini lebih kompleks ketimbang sekadar angka tunggal.
Angka 98,8 persen kesamaan DNA antara simpanse (Pan troglodytes) dan manusia (Homo sapiens) sering kali menutupi perbedaan-perbedaan penting dalam genom kedua spesies tersebut. Artinya, meskipun terlihat sangat mirip, sebenarnya ada detail kecil yang membuat perbedaan cukup besar.
DNA manusia dan simpanse sendiri tersusun dari empat “huruf” dasar: adenin (A), guanin (G), sitosin (C), dan timin (T). Genom kedua spesies ini bisa dibayangkan seperti rangkaian huruf A, C, G, dan T… yang sangat panjang, hingga sekitar 3 miliar huruf.
"Seperti membaca novel raksasa dengan susunan huruf yang mirip, tapi dengan beberapa bagian berbeda," kata Direktur Ilmiah UC Santa Cruz Genomics Institute, David Haussler, dikutip dari laman Live Science, Selasa, 9 September 2025.
Ketika ilmuwan membandingkan DNA manusia dan simpanse, mereka mencocokkan urutan huruf (nukleotida) dari kedua genom dan mencari bagian DNA yang saling tumpang tindih. Lalu, dihitung berapa banyak huruf yang sama di bagian tersebut.
"Ini seperti membandingkan satu versi novel yang sangat panjang dengan versi lain yang hanya sedikit diedit," kata Haussler.
Penelitian awal menunjukkan genom manusia dan simpanse identik lebih dari 98 persen. “Artinya, jika DNA manusia disandingkan dengan DNA simpanse, rata-rata hanya ada sekitar 1 huruf dari setiap 100 huruf penyusunnya (A, T, C, atau G) yang berbeda,” kata Direktur Gladstone Institute of Data Science and Biotechnology, University of California, San Francisco, Katie Pollard.
Sebagai perbandingan, sesama manusia memiliki kesamaan DNA sekitar 99,9 persen, ujar David Haussler. Meski begitu, angka 99 persen ini sebenarnya bisa menyesatkan karena hanya menghitung bagian DNA yang mudah disejajarkan.
Baca juga: Hewan-Hewan dengan Pendengaran Terbaik yang Kalahkan Manusia |
Sementara itu, bagian DNA lain yang lebih rumit dan sulit dibandingkan sering kali diabaikan, jelas Kepala Kelompok Genomika Perbandingan di Institute of Evolutionary Biology (CSIC/UPF) Barcelona, Spanyol, Tomas Marques-Bonet.
Karena itulah, penelitian terbaru mencoba memberikan gambaran lebih lengkap dan hasilnya menunjukkan perbedaan antara manusia dan simpanse bisa jadi lebih besar dari perkiraan awal.
Bagian DNA manusia yang tidak bisa disejajarkan dengan DNA simpanse mencakup sekitar 15–20 persen dari keseluruhan genom. Misalnya, ada potongan DNA yang dimiliki manusia tetapi tidak ada pada simpanse atau sebaliknya.
Perbedaan seperti ini disebut “penyisipan dan penghapusan” (insertions and deletions). Dalam perjalanan evolusi dari nenek moyang yang sama, ada bagian DNA yang hilang, muncul baru, atau bahkan berpindah tempat di dalam kromosom.
Jadi, meski penelitian sebelum-sebelumnya menyebut kesamaan 98–99 persen, jika memasukkan bagian yang lebih sulit dibandingkan, perbedaan itu bisa mencapai 5–10 persen, kata Marques-Bonet. "Dan kalau kita menghitung bagian yang masih terlalu rumit untuk disejajarkan dengan teknologi sekarang, kemungkinan besar perbedaan sebenarnya lebih dari 10 persen," ujar dia.
Bahkan, sebuah penelitian pada 2025 menemukan genom manusia dan simpanse berbeda sekitar 15 persen jika dibandingkan secara langsung dan menyeluruh. Tapi dengan cara perbandingan ini, peneliti juga menemukan di dalam satu spesies ada banyak variasi. Pada simpanse misalnya, perbedaannya bisa mencapai 9 persen.
"Meski begitu, hubungan kekerabatan genetik antara manusia dan simpanse tetap dekat," tulis Martin Neukamm, seorang ahli kimia dari Technical University of Munich, yang tidak terlibat dalam studi terbaru ini, dalam sebuah artikel terjemahan.
Pollard mengatakan perbedaan genom manusia dan simpanse kebanyakan ada di DNA noncoding, yaitu bagian DNA yang tidak menghasilkan protein tertentu dan mencakup sekitar 98 persen dari genom.
Perbedaan di DNA noncoding ini punya dampak besar. Kalau DNA coding berisi instruksi membuat protein, maka "bagian pengatur" yang ada di DNA noncoding berfungsi mengendalikan bagaimana, kapan, dan di mana protein itu dibuat, jelas Marques-Bonet. Bagian ini bekerja seperti saklar, mengatur apakah sebuah gen menyala atau mati.
Itulah sebabnya sedikit perubahan di genom, khususnya di bagian pengatur ini, bisa berdampak besar pada sifat makhluk hidup. "Perubahan kecil di DNA bisa punya akibat besar pada bagaimana DNA itu bekerja," jelas Haussler, "dan pada akhirnya bisa menimbulkan perbedaan besar pada fenotipe (istilah ilmiah untuk sifat-sifat seperti berbulu atau tidak, besar atau kecil, dan sebagainya)."
Jadi, meski manusia dan simpanse punya "peralatan genetik" yang sama, cara penggunaannya bisa menghasilkan perbedaan besar. "Manusia dan simpanse tersusun dari bahan dasar yang sama (protein), tapi penggunaannya agak berbeda untuk membentuk manusia atau simpanse," kata Pollard. (Alfi Loya Zirga)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News