Simpanse Gombe. (Roland - Gombe 068)
Simpanse Gombe. (Roland - Gombe 068)

Perang Simpanse Gombe, Perang Hewan Pertama yang Tercatat dalam Sejarah

Riza Aslam Khaeron • 03 November 2024 11:29
Jakarta: Untuk waktu yang lama, diyakini bahwa manusia adalah satu-satunya makhluk yang cukup kompleks untuk melakukan perang.
 
Namun, penelitian di Taman Nasional Gombe oleh Jane Goodall mengungkap bahwa simpanse juga dapat terlibat dalam konflik terorganisir.
 
Pada tahun 1970-an, komunitas simpanse terlibat dalam perang berdarah melawan komunitas Kahama, mengubah kawasan hutan dan lembah di Gombe menjadi medan pertempuran.
 

Latar Belakang Taman Nasional Gombe Stream

Perang Simpanse Gombe, Perang Hewan Pertama yang Tercatat dalam Sejarah
Gambar: Taman Nasional Gombe. (Janegoodall.org)

Taman Nasional Gombe Stream terletak di wilayah Kakombe Valley, Tanzania, dan dikenal sebagai tempat penelitian primata oleh Jane Goodall.
 
Sebelum menjadi taman nasional, kawasan ini disebut Gombe Stream Research Centre, di mana Jane Goodall memulai studi terhadap simpanse liar. Wilayah ini terdiri dari lereng hutan terbuka yang curam dan lembah-lembah subur, memberikan habitat ideal bagi simpanse.
 
Di wilayah ini, simpanse hidup dalam komunitas teritorial, yang dibagi menjadi kelompok kecil beranggotakan antara satu hingga 40 anggota.
 
Simpanse jantan sering berpatroli di wilayah mereka dan kadang-kadang menyerang komunitas lain, terutama saat terjadi persaingan sumber daya.
 
Penelitian Jane Goodall di Gombe memberikan wawasan mendalam tentang perilaku teritorial simpanse, yang akhirnya mengarah pada perpecahan komunitas dan perang.
 

Awal Konflik dan Serangan Pertama

Perang Simpanse Gombe, Perang Hewan Pertama yang Tercatat dalam Sejarah
Gambar: Peta Komunitas Simpanse Taman Gombe. (Youtube: Vologda Mapping)
 
Konflik pertama dimulai pada 7 Januari 1974, ketika enam simpanse jantan dari Kasakela menyerang Godi, anggota kelompok Kahama.
 
Serangan brutal ini melibatkan pemukulan dan gigitan hingga Godi terluka parah. Ini menandai dimulainya serangkaian serangan kekerasan yang terus meningkat antara kedua kelompok.
 
Tak lama kemudian, De, anggota lain dari Kahama, menjadi korban berikutnya, diserang dengan kekerasan, bahkan oleh Gigi, simpanse betina dari Kasakela.
 
Goliath, simpanse tua yang sebelumnya ramah terhadap Kasakela, juga dibunuh. Setelah kematian Goliath, hanya tersisa tiga simpanse jantan dari Kahama: Charlie, Sniff, dan Willy Wally.
 
Charlie menjadi korban berikutnya dan ditemukan tewas dengan luka parah. Madam Bee, betina tua dari Kahama, juga diserang dan tewas beberapa hari kemudian.
 
Willy Wally menghilang dan tidak pernah ditemukan lagi, sementara Sniff, yang bertahan lebih dari setahun, akhirnya juga dibunuh oleh Kasakela. Dari simpanse betina Kahama, sebagian besar mengalami kekerasan atau diintegrasikan ke dalam kelompok Kasakela.
 

Kekerasan Berlanjut dan Perpecahan Komunitas

Kekerasan ini menunjukkan bahwa simpanse mampu melakukan kekejaman terorganisir. Pada saat perpecahan komunitas terjadi, simpanse di Gombe terbagi menjadi dua kelompok utama: Kasakela dan Kahama.
 
Ketegangan di antara kedua kelompok terus meningkat, dengan simpanse jantan dari kedua pihak melakukan patroli wilayah dan serangan terhadap anggota kelompok lawan.
 
Serangan-serangan ini sangat brutal, sering kali melibatkan sekelompok besar simpanse Kasakela menyerang individu yang terisolasi dari Kahama.
 
Salah satu contohnya adalah serangan terhadap Goliath, di mana simpanse tua ini dikepung dan dibunuh dengan cara yang sangat kejam. Para penyerang tidak hanya bertujuan untuk melukai, tetapi benar-benar membunuh, seperti yang terjadi pada Charlie dan Sniff.
 

Akhir Perang dan Kemenangan Kasakela

Perang Simpanse Gombe, Perang Hewan Pertama yang Tercatat dalam Sejarah
Gambar: Peta Populasi Simpanse Gombe Tahun 2007. (El Bux Del Cu)
 
Perang berakhir pada tahun 1978 dengan kemenangan total Kasakela. Semua simpanse jantan dari Kahama dibunuh, sementara sebagian besar betina diintegrasikan ke dalam kelompok Kasakela. Setelah menguasai wilayah Kahama, Kasakela memperluas teritorinya.
 
Keuntungan teritorial yang diperoleh Kasakela tidak bertahan lama. Dengan lenyapnya komunitas Kahama, wilayah Kasakela kini berbatasan langsung dengan komunitas simpanse lain, Kalande.
 
Kasakela, yang kalah jumlah dan kekuatan dibandingkan Kalande, terpaksa menyerahkan sebagian besar wilayah mereka. Mereka juga kehilangan dua simpanse jantan, Humphrey dan Sherry, yang kemungkinan besar dibunuh oleh Kalande.
 
Selain itu, ketika kelompok Kasakela bergerak kembali ke utara, mereka diganggu oleh komunitas simpanse Mitumba yang lebih besar.
 
Pada tahun 1981, wilayah Kasakela menyusut hingga hanya 5 kilometer persegi, dan mereka kesulitan untuk memenuhi kebutuhan komunitas.
 
Pada tahun 1982, jantan dari Kalande dan Mitumba mulai memasuki wilayah inti Kasakela dan berinteraksi dengan mereka. Walaupun Kasakela terancam kolaps, jumlah simpanse muda yang tumbuh di komunitas tersebut membantu mempertahankan wilayah mereka.
 
Meskipun para simpanse muda tidak cukup kuat atau berpengalaman untuk bertempur, mereka berhasil membuat pertunjukan yang mengesankan, seolah-olah komunitas Kasakela lebih kuat daripada kenyataannya.
 
Ini membantu Kasakela untuk merebut kembali wilayah mereka, hingga akhirnya situasi mereda dan stabilitas kembali.
 

Warisan Perang Simpanse Gombe

Perang Simpanse Gombe, Perang Hewan Pertama yang Tercatat dalam Sejarah
Gambar: Jane Goodall Ketika Masih Muda. (Jane Goodall.org)
 
Jane Goodall, peneliti primata yang lama mengamati simpanse di Gombe, sangat terkejut dengan kekerasan yang terjadi. Sebelumnya, Goodall menganggap simpanse lebih "ramah" daripada manusia.
 
Namun, perang ini menunjukkan bahwa simpanse memiliki sisi gelap dan mampu melakukan kekerasan terorganisir yang mirip dengan manusia.
 
Penemuan ini mengubah pandangan Goodall tentang sifat dasar simpanse, menunjukkan bahwa mereka juga memiliki kapasitas untuk kekejaman.
 
Perang Simpanse Gombe memberikan wawasan mendalam tentang perilaku sosial simpanse dan menantang pandangan bahwa kekerasan adalah fenomena unik manusia.
 
Konflik ini menunjukkan bahwa hewan pun dapat menunjukkan perilaku kompleks dan brutal, terutama ketika sumber daya terbatas dan persaingan meningkat.
 
Warisan dari perang ini juga mengingatkan kita bahwa hubungan antar kelompok dapat berubah menjadi kekerasan jika terjadi pemisahan dan kurangnya interaksi positif.
 
Seperti yang dikatakan Jane Goodall, "Di bawah kondisi tertentu, mereka bisa sama brutalnya seperti manusia." Perang Simpanse Gombe adalah cerminan dari perilaku manusia, menunjukkan bahwa konflik dan kekerasan dapat muncul bahkan di antara kerabat terdekat kita di dunia hewan.
 
Baca Juga:
Kandang Tak Terkunci, Pekerja Taman Safari Krimea Diterkam Singa
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SUR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan