Ia mengungkapkan kontribusi sektor swasta terhadap riset di Tanah Air masih rendah. Makanya, pihaknya mendorong peningkatan kontribusi swasta di aktivitas riset Indonesia.
Laksana menjelaskan rendahnya kontribusi swasta di sektor riset dikarenakan riset merupakan sektor yang membutuhkan biaya tinggi. Tak hanya itu, riset juga mempunyai risiko tinggi.
"Swasta tidak mudah masuk karena high cost dan high risk, tidak mesti berhasil risetnya," tutur Handoko mengutip siaran pers UGM, Jumat, 12 November 2021.
Solusi lain untuk mengatasi rendahnya critical mass adalah membangun hubungan kolaborasi dengan banyak pihak, baik dalam maupun luar negeri melalui open platform untuk meningkatkan interaksi dan dinamika riset. Lewat patform ini, memfasilitasi mitra, merangsang munculnya inno-preneur dari keterlibatan dalam proses penelitian.
Baca: 3 Peneliti BRIN Raih Penghargaan Unesco for Women in Science
Hambatan kedua, riset di Indonesia masih didominasi oleh pemerintah. Anggaran riset 80 persen dari pemerintah. "Hambatan lainnya yakni masih adanya ego sektoral, minim kolaborasi dalam riset,” tuturnya.
Ia turut menyampaikan sejumlah upaya dalam membangun dan mendorong ekosistem riset dan inovasi yang kondusif di tanah air baik melalui regulasi pendorong, hibah riset dan inovasi, pemberian insentif pelaku riset dan pelaku usaha, serta regulasi pengadaan.
Kemudian, membangun manajemen talenta nasional untuk mencetak lebih banyak periset muda, membangun infrastruktur riset terbuka, memberikan dana abadi riset dan pendidikan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id