"Kalau saya sebagai yang memberikan izinnya ya saya enggak akan setujui," kata Dicky kepada Medcom.id, Selasa 22 Februari 2021.
Menurutnya tidak ada yang jelas dari rangkaian penelitian vaksin tersebut. Peneliti vaksin nusantara dinilai tidak pernah terbuka terkait risetnya.
"Riset itu harus menjunjung etika riset, karena ini menyangkut kesehatan publik. Dari awal prosesnya tidak ada riwayat transparansi dari vaksin ini. Dari fase satu ke dua itu harus jelas," terang dia.
Dia sendiri akan lebih setuju jika penelitian diarahkan kepada sesuatu metode yang sudah teruji. Misalnya penelitian lebih lanjut terkait pemanfaatan Mesengger RNA (mRNA).
Menurutnya penguatan penelitian mRNA untuk vaksin jauh lebih baik. Dari pada melihat satu hal baru, yang dalam hal ini vaksin nusantara memanfaatkan sel dendritik.
Baca juga: Epidemiolog: Pengembangan Vaksin Baiknya Lewat Metode yang Teruji
"Itu yang didorong dari pada ini yang dendritik ini sekalian saja kita riset mRNA itu, karena kita akan perlu itu (mRNA) untuk menghadapi ancaman strain atau mutasi virus korona baru. Kenapa kita rumit-rumit tapi tidak visible dan aspek manfaat ke depannya belum jelas. Jadi pilih saja pendekatan teknologi yang sudah terbukti berhasil," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News