Menurut Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/BRIN) Bambang Brodjonegoro, kesulitan varian itu dideteksi karena alat PCR hanya melihat Gen Spike (Gen-S). Sementara, covid-19 varian baru ini malah mengaburkan hasil Gen-S.
"Jadi mesin PCR itu mendeteksi Gen S. Nah kalau dia mesin PCR diagnostiknya menargetkan Gen S, maka ada gangguan akurasi dengan adanya varian ini," kata Bambang dalam siaran Youtube BNPB, Kamis 24 Desember 2020.
Bambang pun menilai perlu ada perhatian bersama kepada alat PCR saat ini. Studi epidemiologi dan virologi harus terus dikembangkan untuk mengenali virus tersebut secara efektif.
Paling penting, kata dia, yakni harus adanya berbagi data antar negara, maupun antar institusi genom sequencing di Indonesia. Bambang mengatakan, tim peneliti sudah melakukan pemetaan sebanyak 1.000 sampel klinis dari berbagai daerah.
"Harapannya kita bisa memahami pola penyebaran virus dan melihat kemungkinan varian virus ini apakah sudah ada di Indonesia," ujarnya.
Baca: Covid-19 Varian Inggris Terdeteksi di Singapura, Indonesia Harus Hati-Hati
Sementara ini, virus covid-19 varian Inggris belum ditemukan di Indonesia. Bambang memastikan tak bakal ada satu pun pihak yang menyembunyikan data terkait varian baru covid-19 ini.
"Tidak boleh ada yang disembunyikan data-data ini. Data ini penting sekali," tegasnya.
Covid-19 varian Inggris mulanya ditemukan sekitar akhir September 2020. Inggris bagian tenggara menjadi wilayah pertama dengan kasus varian ini.
Per 13 Desember, sudah ada 1.100 kasus varian Inggris yang terdeteksi di Inggris. Kecepatan Inggris menemukan varian baru ini karena Inggris dikenal sebagai negara yang mempunyai monitoring dan survailance genomic molekuler terbaik di dunia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News