Mengagumkannya, terobosan ini dicapai oleh dua siswi SMA asal Amerika Serikat (AS). Kedua siswi ini berhasil menemukan bukti baru yang brilian dari teorema Pythagoras.
Mengutip laman earth.com, pelajaran trigonometri sering membuat bingung beberapa generasi remaja, tetapi tidak ada teka-teki yang lebih membuat pusing kepala daripada teka-teki segitiga siku-siku klasik. Rumus a² + b² = c² terlihat sederhana di papan tulis, tetapi untuk membuktikan mengapa rumus itu selalu benar bisa terasa seperti mengejar bayangan.
Selama 2.000 tahun, para ahli matematika dapat membuktikan teorema Pythagoras menggunakan geometri dan aljabar. Sedangkan penggunaan trigonometri untuk membuktikan teorema tersebut dianggap tidak mungkin.
Namun, hambatan itu telah berhasil diatasi oleh dua siswi SMA AS yang mematahkan cara pandang masalah pembuktian teorema Pythagoras ini dan menghasilkan bukti trigonometri baru yang teruji dan dapat diterima oleh para ahli.
Kesuksesan ini bermula dari sebuah tantangan pada kontes matematika yang diikuti kedua siswi tersebut. Mereka adalah Calcea Johnson dan Ne'Kiya Jackson, mereka masih duduk di bangku SMA di sekolah St Mary's Academy, New Orleans ketika sebuah pertanyaan bonus senilai USD 500 (sekitar Rp8,2 juta) dalam kontes matematika lokal menantang para peserta untuk menemukan bukti baru teorema Pythagoras.
Pada awalnya Johnson dan Jackson bekerja secara terpisah, mereka menulis catatan demi catatan, dan menemukan kendala yang sama yang telah menghambat banyak peserta lainnya.
Setelah empat minggu mencoba-coba, mereka berhasil memecahkannya. Pelatih mereka, Larry Rich, seorang guru pensiunan, melihat potensi dalam hasil pekerjaan Johnson dan Jackson lalu mendorong mereka untuk menyempurnakan pembuktiannya agar dapat dipahami oleh banyak khalayak lebih luas.
Sebelumnya, hanya terjadi dua kali saja matematikawan profesional berhasil melakukan hal serupa, jadi ide mereka terdengar sulit dipercaya. Namun, mereka tetap melanjutkan usaha mereka. Kedua remaja ini menghabiskan akhir pekan, hari libur, dan jam-jam sepulang sekolah mereka sibuk dalam menggambar diagram dan menghitung sudut.
Selama tiga bulan berikutnya, keduanya saling menyempurnakan ide satu sama lain, mendorong jumlah bukti trigonometri independen dari satu terobosan menjadi lima. Dengan merangkai sebuah konstruksi yang cerdas untuk lima bukti tersebut, mereka menemukan cara untuk membuat lima bukti lainnya, sehingga totalnya menjadi sepuluh.
Kemudian datang sebuah e-mail yang mengejutkan, yaitu undangan Pertemuan Bagian Selatan Masyarakat Matematika Amerika di Atlanta yang menerima abstrak mereka untuk dipresentasikan pada bulan Maret 2023.
Baca juga: Bagini Cara Terbaik Belajar Matematika untuk Anak Menurut Penelitian |
Aula konferensi biasanya dipenuhi oleh para profesor, mahasiswa pascasarjana dan bukan remaja. Namun, Jackson dan Johnson tetap berdiri di depan memaparkan logika mereka selangkah demi selangkah di ruangan penuh dengan ahli matematika berpengalaman.
American Mathematical Monthly, sebuah jurnal yang didirikan pada tahun 1894 untuk menjembatani kelas dan penelitian matematika, menerbitkan makalah mereka - sebuah kehormatan yang jarang didapatkan oleh mahasiswa, apalagi lulusan SMA.
Ne'Kiya Jackson mengatakan keterkejutannya ketika hasil kerja kerasnya dipublikasikan, “Saya tidak menyangka akan sampai sejauh ini,” kata Ne'Kiya Jackson.
“Untuk memiliki makalah yang diterbitkan pada usia yang begitu muda - itu benar-benar menakjubkan,” kata Calcea Johnson.
Hasil penelitian mereka lebih dari sekadar menarik perhatian akademis. Para pejabat New Orleans memberikan kunci kota kepada kedua siswa, dan mantan Ibu Negara Michelle Obama mengirimkan ucapan selamat secara pribadi.
Bukti-Bukti Baru
Publikasi ini menjabarkan lima bukti baru ditambah metode yang mengubahnya menjadi sepuluh bukti. Johnson dan Jackson menjelaskan bahwa kebingungan seputar trigonometri sering muncul karena kata “trigonometri” sebenarnya menyatukan dua sistem yang berbeda.Baca juga: Mengenal Rumus Phytagoras: Cara Menggunakan dan Contoh Soalnya |
Ketika para pendidik memisahkan kedua sistem tersebut daripada menggabungkannya, maka akan muncul simetri yang tersembunyi, termasuk cara-cara baru untuk membuktikan teorema Phytagoras terkenal ini.
"Ini sangat menarik bagi saya, karena waktu saya kecil, STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics) belum dianggap keren. Jadi, fakta bahwa sekarang banyak orang tertarik pada STEM dan matematika benar-benar menghangatkan hati saya dan membuat saya sangat bersemangat melihat akan sejauh mana kemajuan STEM," ujar Calcea Johnson dengan antusias.
Pada saat peninjau profesional menyelesaikan pemeriksaan, kedua remaja tersebut masih menjadi mahasiswa baru, Jackson di program farmasi di Xavier University of Louisiana dan Johnson belajar teknik lingkungan di Louisiana State University's Ogden Honors College.
Membagi waktu antara kuliah kalkulus, praktikum kimia, dan tugas tahun pertama dengan tuntutan teknis pengetikan LaTeX (sistem penulisan dokumen yang digunakan untuk membuat teks dan rumus matematika dengan tampilan profesional) membutuhkan ketekunan.
“Saya sangat bangga karena kami berdua bisa menjadi pengaruh positif yang menunjukkan bahwa perempuan muda dan perempuan kulit berwarna bisa melakukan hal-hal seperti ini, dan memberi tahu perempuan muda lain bahwa mereka bisa melakukan apa pun yang mereka inginkan. Itu membuat saya sangat bangga bisa berada di posisi ini,” kata Johnson.
Della Dumbaugh, pemimpin redaksi American Mathematical Monthly, mengatakan bahwa ia merasa terhormat dan senang dapat mempublikasikan hasil karya kedua siswa ini di halaman jurnalnya. "Hasil mereka menunjukkan betapa pentingnya sudut pandang baru dari para pelajar dalam bidang ini. Mereka juga menekankan peran penting guru dan sekolah dalam mengembangkan generasi matematikawan berikutnya.
“Lebih dari itu, karya ini mengingatkan kita pada semangat Benjamin Finkel, yang mendirikan majalah Monthly pada tahun 1894 untuk menghadirkan matematika yang mudah diakses oleh guru dan pelajar matematika."
Hal ini juga menunjukkan bahwa ide-ide hebat tidak terbatas oleh usia. Terutama bagi kelas-kelas yang sedang mempelajari trigonometri saat ini, karya ini memberikan contoh baru yang nyata. Dengan tekad yang kuat, bimbingan yang baik, dan sedikit dorongan uang sebesar 500 dolar dapat mengubah batas-batas sebuah ilmu yang sudah berusia 2.000 tahun. (Alfi Loya Zirga)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News