Invensi berjudul “Umpan Gula dan Darah Beracun Gula (Attractive Toxic Blood Sugar Bait (ATBSB) sebagai Alternatif Pengendalian Nyamuk Vektor Demam Berdarah Dengue (Aedes aegypti)” menjadi salah satu yang terpilih dalam 116 Inovasi Indonesia 2024 oleh Business Innovation Center (BIC).
Supriyono menyampaikan ATBSB merupakan metode untuk menarik nyamuk menggunakan bahan yang mengandung darah, gula, dan insektisida. Nyamuk akan datang untuk mengisap cairan umpan dan akan mati karena kontak dengan insektisida.
ATBSB dibuat dengan komposisi perbandingan darah, gula, dan insektisida sebesar 60:39:1. Darah yang digunakan dalam pembuatan ATBSB adalah darah sapi dari rumah potong hewan, sedangkan gula berasal dari gula pasir putih.
Insektisida yang digunakan merupakan sipermetrin dengan konsentrasi 0,1 persen. Penggunaan ATBSB dilakukan dengan aplikator yang terbuat dari bahan paralon dan memiliki sumber cahaya lampu sebagai pemanas.
“Berdasarkan uji efikasi formulasi ATBSB skala laboratorium di dalam ruang Peet Grady menunjukkan bahwa formulasi dapat menarik nyamuk Ae. aegypti untuk datang dan mengakibatkan kematian nyamuk sampai dengan 81 persen setelah 24 jam pemasangan,” papar dosen Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis (SKHB) itu dalam keterangan tertulis yang diterima Medcom.id, Senin, 3 Maret 2025.
Selain itu, uji toksikologi akut oral dan dermal juga menunjukkan formulasi ATBSB termasuk dalam bahan formulasi insektisida golongan IV atau tidak toksik. Supriyono membeberkan peran darah dalam formulasi ini sebagai atraktan atau penarik nyamuk untuk datang.
Baca juga: Periset BRIN Kembangkan Vaksin Demam Berdarah Berbasis Mikroalga |
Cairan gula dibuat dari gula pasir yang dilarutkan ke dalam air. Glukosa ini diperlukan oleh nyamuk sebagai sumber energi untuk hidup. Sedangkan sipermetrin merupakan salah satu golongan insektisida piretroid yang mampu membunuh nyamuk.
“Mekanisme kerja dari ATBSB ini adalah darah dan gula berperan sebagai atraktan yang akan menarik nyamuk untuk datang menghisap darah. Ketika nyamuk datang menghisap darah, secara tidak langsung nyamuk akan kontak dengan insektisida sipermetrin yang akan mengakibatkan nyamuk mati,” ucap dia.
ATBSB memerlukan suhu relatif hangat atau mendekati suhu tubuh manusia (36-37°C). Oleh karena itu, aplikator didesain untuk mencapai atau mendapatkan suhu yang sesuai untuk ATBSB sehingga fungsinya sebagai atraktan nyamuk Aedes aegypti menjadi optimal.
Supriyono menyampaikan nyamuk Aedes spp. memiliki ukuran kecil, berwarna hitam, dan memiliki bercak-bercak putih pada tubuh dan kaki-kakinya. Nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus merupakan vektor DBD.
Umumnya, nyamuk Ae. aegypti berkembang biak pada air tergenang yang jernih dan di dalam rumah. Tempat perkembangbiakan yang disukai di antaranya bak mandi, tempayan, ban bekas, dan barang-barang bekas yang tergenang air. Sedangkan, Ae. albopictus lebih menyukai habitat di luar rumah seperti tempurung kelapa, bambu, kaleng bekas, dan ban bekas.
“Bahayanya, telur Aedes spp. dapat bertahan pada kondisi kering pada waktu dan intensitas yang bervariasi hingga beberapa bulan, tetapi tetap hidup. Jika tergenang air, beberapa telur mungkin menetas setelah beberapa jam sampai hari,” tutur dia.
Meningkatnya kasus DBD di Indonesia menyebabkan perlunya berbagai upaya untuk mengurangi penyebaran penyakit melalui vektor nyamuk, salah satunya yaitu dengan menekan populasi nyamuk vektor.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News