Kuwat menyebut untuk proses learning berbasis hybrid dibahas lengkap di manuskrip pertama. Sedangkan, proses pengujian hasil learning uji diagnostik multisenter sekaligus hasil validasi eksternal akan diterbitkan di jurnal internasional bereputasi berikutnya.
Kuwat memaparkan GeNose C19 saat ini memang sudah tidak diproduksi lagi. Namun, pihaknya terus melakukan pengembangan AI selain untuk deteksi covid-19, GeNose ke depan juga dikembangkan menjadi alat diagnostik beragam penyakit lain.
Beberapa di antaranya deteksi kanker serviks melalui sampel urine pasien, deteksi TB melalui sampel napas pasien, deteksi sepsis pada neonates lewat sampel feses pasien, serta deteksi jenis bakteri pada ulkus diabetikum.
“Dalam bidang medis, beberapa mesin GeNose C19 yang merupakan mesin cadangan saat ini menjalani uji profiling yang segera dilanjutkan untuk uji diagnostik secara non-invasif untuk deteksi kanker serviks, TB, sepsis, dan jenis bakteri di ulkus diabetikum. GeNose C19 yang ada saat ini nantinya bisa dipakai untuk deteksi keempat penyakit tersebut dengan sedikit penyesuaian dan modifikasi pada bagian samplingnya,” papar Kuwat.
Peneliti GeNose C19 lainnya, Dian Kesumapramudya Nurputra, menuturkan Genose C19 pada 2021 telah dipergunakan secara luas. Pemanfaatan alat ini dengan menggunakan skema emergency use authorization (EUA) sebagai bagian bentuk hilirisasi dan tindakan cepat dalam upaya untuk berkontribusi mengendalikan penyebaran virus covid-19.
Proses pengerjaan dua publikasi GeNose ini tidak dikerjakan dalam jangka waktu sebentar. Pengumpulan data dan penulisan dilakukan sejak 2020.
Proses submisi sudah dilakukan sejak “patent granted” di 2021 dan setelah melalui revisi dan diskusi intensif dengan reviewer kemudian manuskrip riset GeNose bisa diterima.