Perjanjian Kerja Sama mengenai kolaborasi penelitian tersebut ditandatangani oleh Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi Unpad Prof. Dr. Ir. Hendarmawan, M.Sc. dengan Pejabat Pembuat Komitmen BKPK Kemenkes, Dewi Suryani di Execoutive Lounge Unpad, Jalan Dipati Ukur No. 35 Bandung, Jumat, 18 Maret 2022.
“Kami menyambut baik dan tentu saja ini menjadi bagian penting bagi Universitas Padjadjaran dalam visi kami bermanfaat dan mendunia,” ujar Hendarmawan, dalam keterangan tertulis Unpad, Jumat, 18 Maret 2022.
Acara tersebut juga dihadiri Direktur Riset dan Pengabdian pada Masyarakat Rizky Abdulah, tim BKPK Kemenkes RI, dan sejumlah peneliti yang melakukan penelitian tersebut. Sementara itu, Kepala Pusat Kebijakan Upaya Kesehatan Kemenkes, Pretty Multi Hartini berharap melalui kerja sama ini, perguruan tinggi dapat turut serta berkontribusi pada masyarakat dalam penanganan covid-19.
“Semoga perguruan tinggi dapat bersama-sama memberikan kontribusi pada masyarakat,” ujar Pretty.
Riset Vaksin Booster
Tahun ini tim Fakultas Kedokteran Unpad menjadi bagian dalam penelitian efektivitas dan keamanan booster vaksin setengah dosis dan dosis penuh AstraZeneca dan Pfizer dengan vaksin primer AstraZeneca. Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian tahun sebelumnya, yaitu penelitian efektivitas dan keamanan booster dosis penuh dan setengah dosis vaksin AstraZeneca dan Pfizer dengan vaksin primer Sinovac.Hasil penelitian menunjukkan, setengah dosis vaksin booster terbukti memiliki efektivitas yang sama dengan dosis penuh, tetapi memiliki tingkat keamanan lebih tinggi dibandingkan dosis penuh. “Untuk hasil tahun lalu sudah diimplementasikan untuk masyarakat secara umum. Sekarang masyarakat itu mengunakan booster setengah dosis AstraZeneca dan Pfizer,” ujar peneliti utama tim riset vaksin booster FK Unpad, Eddy Fadlyana.
Hasil penelitian tersebut dinillai dapat memberikan manfaat bagi pemerintah dan masyarakat. Terutama dari segi biaya yang yang harus dikeluarkan pemerintah dan reaksi tubuh masyarakat pascavaksin.
“Untuk masyarakat, di samping antibodinya tinggi, tingkat kemanannya ternyata jauh lebih tinggi dengan setengah dosis itu. Efektif sama tetapi tidak berbeda secara signifikan. Reaksi lokal maupun sistemik pascaimunisasi jauh berkurang dengan setengah dosis itu dibandingkan yang full dooze,” ungkap Eddy.
Eddy pun berharap penelitian lanjutan yang akan dilakukan oleh tim kembali membawa hasil positif bagi masyarakat. “Harapannya langsung menjawab pertanyaan dari problem yang ada ada di kita, begitu tingginya angka reaksi lokal maupun sistemik setelah vaksin,” harapnya.
Baca juga: Implan Tulang Belakang Hasil Riset BRIN Bakal Diuji Klinis
Sementara itu Kusnandi Rusmil selaku medical advisor penelitian ini mengatakan bahwa penelitian dan penerapan booster setengah dosisi ini merupakan yang pertama di dunia.
“Yang setengah dosis itu kita pertama kali di dunia. Jadi orang sudah mulai mengikuti kita,” ujar Kusnandi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News