Prototipe ini menjadi salah satu dari tiga produk inovasi kesehatan yang mendapatkan pendanaan untuk dilakukan uji klinis melalui skema fasilitasi PPIK. Produk implan tulang belakang ini diharapkan menjadi solusi untuk memperbaiki kondisi tulang belakang yang mengalami gangguan.
Perekayasa Ahli Utama, PRMM, I Nyoman Jujur menjelaskan, manfaat produk implan tulang belakang, di antaranya membentuk suatu konstruksi penyokong yang mengoreksi deformitas dan instabilitas tulang belakang.
“Jika seseorang mengalami kecelakaan, biasanya akan terjadi gangguan pada tulang belakang. Dengan produk ini akan dapat dikoreksi posisi tulang belakangnya,” kata I Nyoman pada acara Webinar Fasilitasi Pendanaan Riset dan Inovasi edisi Fasilitasi Pengujian Produk Inovasi Kesehatan, dikutip dari siarap pers, Kamis, 17 Maret 2022.
Selain itu, penggunaan implan tulang belakang juga bermanfaat untuk koreksi kelainan bentuk yang diakibatkan penyakit degeneratif diskus, infeksi, tumor, maupun patah tulang pada regio tulang belakang. Penggunaan implan tulang belakang produk dalam negeri akan menjadi substitusi impor dan penguatan teknologi produksi alat kesehatan dalam negeri.
Nyoman menceritakan perjalanan riset implan tulang belakang yang dimulai sejak tahun 2016. “Di awal penelitian, kami memulai dengan fokus pada penguasaan terhadap material yang akan digunakan pada implan tulang belakang terlebih dahulu,” ujar Nyoman.
Menurutnya, material yang dibutuhkan untuk produk ini tentunya material medis dengan karakteristik yang khusus. Berdasarkan hasil pertimbangan dan pengujian, akhirnya dipilih titanium sebagai material dalam pembuatan implan tulang belakang.
“Pemilihan material titanium dilakukan melalui pengujian dan dipastikan bahwa material yang digunakan telah sesuai dengan standar yang ditentukan,” tambahnya.
Pada tahun 2020 dilakukan uji praklinis pertama terhadap produk ini, dengan tujuan untuk mengukur kinerja prototipe tersebut. Pada uji praklinis tahap ini ditemukan berbagai permasalahan yang membutuhkan penyempurnaan.
Setelah dilakukan penyempurnaan atas kekurangan yang ditemukan pada uji praklinis tahap 1, dilakukan uji praklinis tahap 2 dan seterusnya, hingga didapatkan hasil yang sesuai dengan standar yang ditentukan. “Setelah diyakini prototipe implan tulang belakang itu telah sesuai dengan standar dan keinginan pengguna serta pihak industri, selanjutnya diajukan untuk dilakukan uji klinis,” lanjutnya.
Pada akhir tahun 2021, tutur Nyoman, melalui skema pendanaan fasilitasi PPIK, prototipe implan tulang belakang diajukan untuk dilakukan uji klinis bermitra dengan PT. Zenith Allmart Precisindo sebagai perusahaan yang bergerak di bidang pengecoran logam presisi dengan menggunakan teknik investment casting. PT.
Zenith Allmart Precisindo inilah yang akan mengkomersialisasikan produk implan tulang belakang kepada masyarakat pengguna. CEO PT. Zenith Allmart Precisindo, Allan Chanrawinata mengatakan, kolaborasi antara pihak industri dengan periset mutlak harus dilakukan, mengingat dalam melakukan riset khususnya di bidang kesehatan memerlukan banyak prosedur dan standar yang harus dipatuhi.
Baca juga: Unair Targetkan Vaksin Merah Putih Diluncurkan Agustus 2022
“Di bagian ini para periset di BRIN yang memahami, maka dari itu kolaborasi antara BRIN, industri, dan para dokter sangat membantu proses produksi sesuai dengan tujuan,” kata Allan.
Menurut Allan, kolaborasi berbagai pihak dalam penyelesaian produk ini sangat bermanfaat, di mana masing-masing pihak dapat memberikan banyak masukan dan informasi mulai dari perbaikan produk secara teknis hingga informasi terkait kebutuhan pasar terhadap produk kesehatan ini. “Hasil diskusi dari tiga pihak yang berkolaborasi yakni BRIN, industri, dan dokter akan mengerucut pada sebuah desain prototipe yang diinginkan,” pungkas Allan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News