Direktur Eksekutif CSIS Indonesia Philips J Vermonte menyatakan, Sekitar 10 persen responden di DKI Jakarta dan 6,3 persen responden di Yogyakarta tidak percaya pada covid-19. Ini merupakan angka yang cukup tinggi mengingat Indonesia sudah satu tahun diterpa wabah covid-19.
"Dari segi usia, ketidakpercayaan pada vaksin dan penyebaran COVID-19 lebih tinggi pada Generasi Z yaitu usia 17-22 tahun dibanding kelompok usia lainnya," kata Philips dalam konferensi pers yang digelar daring di Jakarta, Kamis, 18 Februari 2021.
Baca: Kenali Gejala Long Covid, Muncul Usai Pulih dari Covid-19
Menurut dia, hal tersebut menjadi pekerjaan rumah banyak pihak. Terlebih, kelompok Generasi Z adalah masyarakat yang paling aktif dan masih beraktivitas di luar rumah. Mereka dapat berinteraksi dengan orang lain dan berpotensi pulang ke rumah dengan membawa virus yang meningkatkan risiko penularan di lingkungan keluarga.
CSIS melakukan survei terhadap 800 responden dengan masing-masing 400 orang di DKI Jakarta dan DI Yogyakarta. Survei dilakukan pada penduduk usia 17 tahun ke atas, atau sudah menikah, dengan metode sampel acak dan 'margin error' sampel kurang lebih 3,46 persen, serta tingkat kepercayaan 95 persen.
Berdasarkan hasil uji statistik yang dilakukan tim peneliti CSIS dari hasil survei tersebut menunjukkan kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap covid-19 mempengaruhi perilaku dalam penerapan protokol kesehatan. Termasuk, juga kepercayaan pada vaksin dan kesediaan mengikuti program vaksinasi.
Baca: Target Indonesia Bebas Covid-19 pada 17 Agustus Memungkinkan, Asalkan...
Survei menyebutkan hampir 40 persen responden di DKI Jakarta dan 27,5 persen responden di DIY mengaku tidak bersedia divaksin. Sebanyak 43 persen responden di DKI dan 31 persen responden di DIY mengaku belum yakin dengan kualitas vaksin.
Menurut dia sosialisasi tentang vaksin masih harus digencarkan untuk meningkatkan kepercayaan publik ini. Ia menyebut bahwa ada pekerjaan rumah yang harus diselesaikan mengenai kesadaran masyarakat untuk menerapkan protokol kesehatan.
"Ada PR elementer bagi kita semua bahwa di tengah masyarakat masih ada ketidakpercayaan pada COVID-19 yang memengaruhi penerapan protokol kesehatan," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News