Rasanya memang sangat khas karena cara membuatnya berbeda dengan pembuat mi kuah yang kita kenal. Pugasan daging ini dapat bermacam-macam, termasuk daging sapi dan daging bebek.
Di luar Vietnam, Pho sudah dikenal sebagai salah satu kuliner khas yang cukup banyak penggemarnya. Karena itu, makanan ini sangat umum dijumpai di kota-kota besar dunia.
Kuliner Fusi
Jika diselisik lebih dalam, secara tradisional sebenarnya orang Vietnam tidak mengonsumsi daging sapi. Namun, kedatangan orang Prancis pada pertengahan abad ke-19 yang sekaligus mengolonisasi Vietnam, secara bertahap orang Vietnam mulai mengonsumsi daging sapi.Secara tradisional sapi dan kerbau memang sudah akrab dengan penduduk Vietnam. Namun, tujuan pemeliharaannya lebih pada pemanfaatan tenaganya untuk membajak sawah, bukan untuk diambil dagingnya.
Kedatangan orang Prancis ini sekaligus membuat orang Vietnam mulai membudidayakan sapi sebagai penghasil daging untuk kebutuhan suplai protein hewani di samping ayam, bebek, dan babi. Dalam perjalanannya, setelah kedatangan orang Prancis, penduduk Vietnam mulai mengenal Banh Mie yang kelak nantinya berevolusi menjadi Pho.
Jadi sebenarnya Pho ini tercipta dari fusi antara masakan Prancis dan masakan tradisional Vietnam. Kalangan ilmuwan dan penggiat kuliner menyebutkan bahwa nama Pho ini berasal dari istilah Prancis pot-au-feu yang bermakna ‘panci di atas api’ alias rebusan.
Orang Prancis yang bermukim di Vietnam saat itu memang sudah terbiasa mengonsumsi daging sebagai bagian dari menu keseharian. Dalam pembuatan kuliner Prancis ini ada bagian dari daging sapi yang tidak layak digunakan dan bagian daging inilah yang mulai dimanfaatkan untuk membuat kaldu Pho yang kita kenal saat ini.
Pho memiliki cita rasa yang khas karena merupakan perpaduan antara kaldu daging sapi dan rempah-rempah seperti adas, kayu manis, biji ketumbar, dan kapulaga hitam. Dalam penyajiannya, ditambahkan daun ketumbar segar yang menambah kekhasan dan kesegaran rasa Pho ini.
Di samping itu, penyajian Pho ini lalu ditambahkan potongan herba khas Vietnam, bawang merah, dan irisan cabai segar sebagai penghias yang tentunya menambah cita rasanya yang khas.
Baca juga: Awas, Bungkus Ikan Pindang Pakai Kertas Bekas Berbahaya! Ganti Pakai Ini |
Pergolakan Sejarah Mewarnai Cita Rasa
Dalam perjalanan sejarahnya, negara Vietnam di era tahun 1954 terbagi menjadi dua wilayah dengan penguasa yang berbeda, yaitu wilayah utara di bawah pemerintahan komunis dan wilayah selatan di bawah pemerintahan antikomunis.Perbedaan budaya Utara dan Selatan ini juga mewarnai rasa Pho di kedua wilayah sampai saat ini. Pho dari Selatan lebih manis, lebih kuat, dan lebih berlemak. Adapun Pho Utara biasanya lebih sederhana, lembut dan ringan dengan lebih sedikit topping.
Wilayah Utara dengan kotanya Hanoi inilah kelak dikenal sebagai asal muasal popularitas Pho yang menyebar ke seluruh dunia. Pergolakan politik di Vietnam di tahun 1954 menyebabkan terjadinya perang saudara yang juga melibatkan Amerika Serikat.
Di era penuh pergolakan ini, cukup banyak orang dari Vietnam Utara yang melarikan diri ke Vietnam Selatan utamanya Saigon yang saat ini dikenal sebagai Ho Chi Minh. Perpindahan ini membuat Pho mulai menyebar ke wilayah Selatan yang nanti akhirnya menjadi kuliner khas Vietnam yang dikenal dunia.
Baca juga: Terungkap! Ini Penyebab Nyamuk Lebih Sering Menggigit Orang Tertentu |
Kebiasaan penduduk Vietnam wilayah Utara dan Selatan masih menyisakan perbedaan cita rasa Pho yang dihasilkannya. Di wilayah Utara, Pho biasanya dikonsumsi sebagai sarapan dengan porsi yang lebih kecil.
Sementara di wilayah Selatan, Pho dikonsumsi sepanjang hari dengan porsi yang lebih banyak dengan campuran yang lebih beragam. Perbedaan ini menyebabkan Pho dari wilayah Selatan terasa lebih manis, lebih kuat, dan lebih berlemak dan biasanya disajikan dengan tambahan kecambah, daun kemangi, daun mint, dan daun ketumbar.
Hal ini tentunya tidak terlepas dari wilayah Vietnam yang lebih subur sehingga dapat menghasilkan berbagai tanaman dan herba. Pho dari wilayah Utara biasanya disajikan dengan tambahan jeruk nipis, cabai jalapeno, dan daun jeruk yang membuat cita rasanya lebih khas dibandingkan dengan Pho dari wilayah Selatan.
Sejarah juga mencatat bahwa perang Vietnam yang berakhir tahun 1975 membuat Pho menyebar keseluruh dunia bersama dengan penyebaran penduduk Vietnam yang mengungsi ke berbagai wilayah dunia seperti Prancis, Amerika, Australia, Inggris, dan lainnya. Kini di berbagai negara, restoran Vietnam bukan hanya sebagai restoran semata, tetapi juga merupakan tempat berkumpulnya diaspora sekaligus menikmati hidangan khas Vietnam.
Puncak popularitas Pho terjadi di tahun 2024 ketika pemerintah Vietnam mendeklarasikannya sebagai kuliner nasional dan warisan budaya bukan benda yang diakui oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO). Pengakuan ini sekaligus bagian dari catatan perjalanan sejarah panjang negara ini termasuk perang saudara yang dialaminya. Dengan dideklarasikannya Pho sebagai warisan budaya bukan benda, Hanoi dikenal sebagai kota kelahiran Pho.
Pho yang saat ini dikenal oleh dunia bukan sekadar kuliner khas Vietnam, tetapi juga berperan besar dalam menyatukan masyarakat Vietnam. Kini Pho yang menjadi kebanggaan masyarakat Vietnam telah berhasil menembus batas ideologi, politik, dan negara yang menjadi salah satu hidangan yang dikenal dunia yang sekaligus mewakili jiwa dan esensi Vietnam.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News