Ketua pelaksana penelitian Tri Achmadi menjelaskan pihaknya mengembangkan sebuah sistem monitoring PUTA untuk mendistribusikan logistik kesehatan antarpulau. Penelitian merupakan tahun kedua setelah sebelumnya sukses dengan inovasi drone logistik tanpa awak pada November 2021.
“Tahun lalu kami berinovasi dalam operasional, sedangkan tahun ini kami berfokus pada sistemnya,” ujar Tri dalam keterangan tertulis, Kamis, 8 Desember 2022.
Manajer Science Techno Park (STP) Kluster Inovasi Kemaritiman ITS ini mengungkapkan pada tahap final uji coba untuk UAVITS, PUTA yang mengangkut logistik kesehatan diterbangkan dari Pelabuhan DABN menuju Pulau Gili Ketapang, Probolinggo. Uji coba ini membuktikan PUTA dapat menempuh perjalanan melintasi perairan dalam jarak cukup jauh.
“Karena cukup jarang PUTA beroperasi melintasi laut, umumnya hanya di daratan,” ujar dia.
Salah satu anggota tim penelitian Muhammad Bagus Istighfar mengungkapkan sistem tersebut memindai data melalui transponder, yakni pemancar radio yang akan menyampaikan sinyal pada sistem UAVITS. Selanjutnya, sinyal tersebut akan diolah datanya untuk menampilkan navigasi dari PUTA.
Mahasiswa Departemen Teknik Informatika ITS ini mengatakan live monitoring menjadi fitur unggulan pada UAVITS. Fitur tersebut menampilkan kecepatan, ketinggian, koordinat posisi dengan durasi pengambilan data lima detik sekali. UAVITS juga menampilkan informasi tingkat keamanan lintasan PUTA.
“Sistem bisa mendeteksi area safe, warning, danger,” beber dia.
Selain itu, UAVITS menawarkan fitur verifikasi data perizinan yang dapat membantu pemilik drone untuk melakukan penerbangan baik saat lepas landas maupun pendaratan secara legal. Autentifikasi dilakukan dengan pengunggahan dokumen pilot agar dapat diverifikasi oleh AirNav.
Penelitian ini merupakan kolaborasi dua departemen di ITS, yakni Departemen Teknik Transportasi Laut dan Departemen Teknik Informatika. Penelitian ini juga melibatkan dosen dari kedua departemen. Dosen-dosen tersebut di antaranya Muhammad Riduwan, Agus Budi Raharjo, dan Siska Arifiani.
Penelitian dengan judul Purwarupa Sistem Operasional Lalu Lintas Pesawat Udara Tanpa Awak (PUTA): Studi Kasus Aplikasi Angkutan Logistik Medis di Wilayah Udara Jawa Timur ini didukung program Matching Fund gelombang V Tahun 2022 oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Ditjen Diktiristek) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) RI.
Inovasi yang diteliti selama September hingga Desember 2022 ini menerima respons positif dari kedua mitra. Junior Manager Perencanaan dan Evaluasi Tower AirNav Indonesia cabang Surabaya Murdianto Kusumadewa menyebut UAVITS merupakan suatu gebrakan bagus di tengah pergerakan PUTA di Indonesia yang tidak terkawal.
“Dengan adanya penelitian ini bisa diaplikasikan dalam regulasi, sehingga drone di Indonesia bisa dimonitor lebih dalam,” tutur dia.
Chief Executive Officer (CEO) Beehive Drones Albertus Gian Dessayes Adriano berharap regulasi PUTA di Indonesia menjadi lebih jelas dengan adanya UAVITS. Hal ini akan memudahkan pengoperasian PUTA di Indonesia dan membuka peluang industri.
“Kesempatan industri untuk bisa menyuplai transponder pada drone dapat mewujudkan kedaulatan industri udara di Indonesia,” tutur alumnus Departemen Teknik Material dan Metalurgi ITS ini.
Baca juga: FORE, Aplikasi Bikinan Mahasiswa ITS untuk Optimalkan Pengolahan Sampah Rumah Tangga |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News