Menurut data Global Cancer Observatory (GLOBOCAN) tahun 2022, Indonesia mencatat 13.130 kasus kanker prostat dengan tingkat kematian kasar 9,3 persen. Tingkat kejadian usia yang distandarisasi per 100.000 penduduk mencapai 10,5 persen.
Metastatic Castrate Resistant Prostate Cancer (mCRPC) masih menjadi penyebab utama kematian meskipun metode pengobatan terus berkembang. Salah satu solusi yang tengah diteliti adalah pemanfaatan brazilin, senyawa isoflavonoid dari kayu secang yang memiliki aktivitas antikanker.
Senyawa ini dapat menghambat pertumbuhan sel kanker, mengurangi peradangan, dan memicu kematian sel kanker secara alami. Dikutip dari akun Instagram @brin_indonesia, brazilin termasuk dalam kategori radiofarmaka karena berpotensi dikembangkan sebagai obat.
Baca juga: Benarkah Seks Mampu Turunkan Risiko Kanker Prostat? |
Senyawa ini dapat menjadi pembawa radioisotop iodium-131 untuk terapi dan diagnosis kanker prostat. Kombinasi brazilin dengan iodium-131 memungkinkan pengobatan lebih terarah dengan menghancurkan sel kanker tanpa merusak jaringan sehat.
Penelitian mencakup evaluasi in vitro, seperti uji sitotoksisitas, analisis kematian sel melalui apoptosis, uji metastasis, serta ekspresi gen untuk menilai jalur kematian sel. Selain itu, uji in silico dilakukan untuk memprediksi interaksi isolat brazilin dan 131I-Brazilin dengan reseptor kanker prostat sebagai target terapi.
"Berbagai upaya pengembangan obat untuk kanker terus dilakukan. Salah satunya adalah penggunaan isolat brazilin untuk menghantarkan bahan radioaktif ke sel kanker, menjadi terobosan baru dalam terapi," ujar periset Pusat Riset Teknologi Radioisotop, Radiofarmaka, dan Biodosimetri BRIN, Isti Daruwati, dikutip dari Instagram @brin_indonesia, Selasa, 11 Februari 2024. (Antariska)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News