Ilustrasi rempah-rempah. Foto: Hellawella
Ilustrasi rempah-rempah. Foto: Hellawella

Kurangi Impor Obat, Menristek Dorong Pemanfaatan Herbal Dalam Negeri

Ilham Pratama Putra • 23 Desember 2020 16:14
Jakarta: Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/BRIN) Bambang Brodjonegoro mengatakan, saat ini bahan baku obat di Indonesia didominasi bahan kimia impor. Guna menghindari itu, dia berharap inovator Tanah Air bisa memanfaatkan bahan-bahan herbal yang ada di dalam negeri.
 
"Bahan baku ini bisa dalam bentuk jamu, minuman sehat, obat herbal terstandar (OHT) dan bisa dalam bentuk fitofarmaka," kata Bambang dalam Kegiatan Bakti Inovasi Universitas Udayana, Rabu, 23 Desember 2020.
 
Pemanfaatan OHT, kata Bambang, sangat mendukung keberadaan Obat Modern Asli Indonesia (OMAI). Dengan adanya OMAI, menurut Bambang ke depan Indonesia tak perlu lagi melakukan impor, baik bahan obat maupun obat itu sendiri.

"Saya melihat di sinilah substitusi impor dengan inovasi. Dan inovasinya ini sangat cocok dengan semangat inovasi yang ada di Indonesia. Karena bahan yang digunakan berasal dari keanekaragaman hayati," jelas dia.
 
Sangat disayangkan jika tanaman atau tumbuhan kumis kucing, jahe merah, sambiloto, meniran, daun kelor hanya menjadi pengetahuan. Harus ada riset mengenai tanaman herbal tersebut.
 
Dirinya mengaku paham bahwa riset untuk bahan-bahan herbal membutuhkan waktu yang sangat lama. Dikarenakan harus dimulai dari proses ekstraksi terlebih dahulu.
 
Baca juga:  Menristek: Bali Harus Hilangkan Ketergantungan Pada Pariwisata
 
Pun jika telah selesai ekstraksi, masih diperlukan analisa biofarmatika hingga uji klinis. Namun proses panjang itu harus dihadapi untuk mengatasi ketergantungan impor.
 
Oleh karena itu, dirinya mendorong agar Unud dapat memanfaatkan keanekaragaman hayati di Bali sehingga dapat menjadi bahan baku obat.
 
"Itu harus jadi keunggulan kita, jangan kita terus terlena. Pengembangan OMAI ini akan mendapatkan nilai tambah buat kita sebagai pemilik keanekaragaman hayati terbesar," pungkasnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan