Pakar Epidemiologi UNAIR Dr. M. Atoillah Isfandiari, dr. M.Kes. Foto:  Dok. Pribadi
Pakar Epidemiologi UNAIR Dr. M. Atoillah Isfandiari, dr. M.Kes. Foto: Dok. Pribadi

Epidemiolog Unair: Strain B117 Berpotensi Tingkatkan Kasus di Klaster Keluarga

Citra Larasati • 23 Maret 2021 11:17
Jakarta:  Epidemiolog Universitas Airlangga (UNAIR), Atoillah Isfandiari mengatakan, salah satu dampak adanya Strain B117 di Indonesia adalah potensi peningkatan kasus pada klaster keluarga.  Hal ini karena kecenderungan di rumah yang jarang memakai masker.
 
Ato mengatakan, rumah kerap dianggap sebagai tempat yang aman. Di sisi lain, potensi penularan dari varian baru virus ini lebih tinggi.
 
“Klaster keluarga dapat meningkat, di mana selama ini saja meskipun masih bukan yang paling dominan, hanya sekitar 40-50% saja, tetapi mulai menunjukkan tren yang meningkat. Selama ini, kata Ato, banyak fenomena di mana belum tentu anggota keluarga tertular walaupun di keluarga itu kadang-kadang kontak erat dan juga enggak pakai masker di rumah," terang Ato.

Bila ternyata ke depan sumber penularan dari anggota keluarga yang membawa virus ke rumah kebetulan tertular varian B117, artinya, ada peluang anggota keluarga lain untuk lebih mudah tertular. Sehingga, peluang untuk klaster keluarga lebih tinggi.
 
Mutasi virus Corona SARS-CoV-2 yang bernama Strain B117 telah masuk di Indonesia. Mutasi yang pertama kali terdeteksi di Inggris tersebut memiliki tingkat penularan sebesar 40 hingga 80 persen.
 
Ato menjelaskan, tetap melakukan sosialisasi 5M menjadi bentuk antisipasi yang lebih optimal dilakukan dalam mencegah penularan.  Sosialisasi 5M itu meliputi Memakai Masker, Mencuci Tangan, Menjaga Jarak, Menjauhi Kerumunan, dan Mengurangi Mobilitas.
 
Dosen yang juga menjabat sebagai Wakil Dekan II Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) UNAIR itu menekankan kepada masyarakat untuk tetap disiplin dalam mematuhi protokol kesehatan. Hal tersebut sebagai upaya mencegah terjadinya paradoks.
 
“Jadi karena dampaknya itu lebih ke peningkatan risiko penularan, ya. Persiapannya harus pada pencegahan penularan itu tadi. Nah, jangan sampai kemudian terjadi paradoks, di mana virusnya semakin bermutasi dan semakin ‘semangat’ menular, justru kitanya yang semakin kendur protokol kesehatannya,” jelas Ato.
 
Baca juga:  Vaksin Nusantara Sesuai Etika Riset? Begini Penjelasan Guru Besar Unpad
 
Baginya, disiplin menerapkan 5M saat ini lebih efektif daripada menunggu cakupan vaksin untuk 68 persen penduduk Indonesia dari target 70 persen penduduk Indonesia. Hal ini dikarenakan saat ini tercatat masih sebanyak 5 juta penduduk di seluruh Indonesia yang sudah divaksin dari 270 juta atau masih 2 persen lebih yang tervaksin.
 
Ato juga mengungkapkan, bila seandainya ada peningkatan kasus untuk mengetahui penyebabnya, tentu idealnya harus dilakukan sequencing yang lebih intensif untuk mengetahui apakah disebabkan oleh Strain B117 atau bukan.
 
UNAIR sendiri sebagai universitas terbaik di Indonesia sedang mengembangkan vaksin Merah Putih agar Indonesia segera bebas dari covid-19. 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan