"Misal hari ini (aturannya) begini, berikutnya begini, inovasi jadi maju mundur," kata Sidrotun dalam Tech Talk ‘Industri Alat Kesehatan: Awal Ketertarikan Industri dan Lembaga Penelitian?’, Selasa, 19 Mei 2020.
Membangun ekosistem riset dan inovasi, kata dia, juga harus memperhatikan dampak sosial dan pengembangan komunitas. Ini penting untuk mengetahui apakah masyarakat sudah siap menjadi inovator dan menggunakan produk inovasi dalam negeri.
"Tidak silau dengan produk luar negeri dan apakah sains mebuat lebih maju, prioritas diperlukan, tidak bisa semua inovasi digeber harus ada skala prioritas," terangnya.
Baca: Tiga Langkah Membangun Industri Alat Kesehatan Dalam Negeri
Sidratun mengatakan momen pandemi virus koroan (covid-19) ini bisa menjadi momen kebangkitan riset dan inovasi Indonesia. Inovasi tidak melulu menghasilkan produk yang serba canggih, cukup sederhana asal bisa bermanfaat.
"Covid-19 ini era baru kita jadi bangsa yang lebih optimistis, kita butuhkan sederhana, bisa kepakai, enggak perlu canggih-canggih. Kita harus cari itu," ungkapnya.
Menurut dia, inovator dan ilmuwan dalam negeri juga harus menyerap dasar-dasar Pancasila sebgai fondasi. Sebab, Pancasila akan membentuk karakter peneliti Indonesia.
"Tentu saja Pancasila memberikan dasar karakter ilmuwan Indonesia, seharusnya. Spritualitas, kebijaksaan, keberpihakan pada yang lemah, keadilan," ujarnya.
Sejauh ini, kata dia, kiblat penelitian maupun inovasi masih menganut filosofi barat. Padahal, Indonesia memiliki kearifan lokal tersendiri.
"Misal kenapa orang dulu leluhur, takut dengan pohon, boleh jadi itu menyatu dengan alam, menjaga alam," tuturnya
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News