Meskipun demikian, resistensi klopidogrel dan penyebab terjadinya serangan jantung ini tidak bisa diidentifikasi disebabkan oleh satu faktor saja. Banyak faktor lain yang mempengaruhi, seperti faktor interaksi obat, dosis obat, kepatuhan pengobatan, dan faktor-faktor internal dan eksternal lainnya.
Dalam melakukan penelitian ini, Astuti menggunakan metode penelitian potong lintang, yaitu jenis penelitian yang mengamati data-data populasi atau sampel satu kali saja pada saat yang sama. Ia melakukan penelitian terhadap 200 pasien pasca IKP di Poliklinik Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita (RSJPDHK) pada periode September 2018 – Juni 2020.
Ia berharap penelitiannya ini dapat menjadi masukan yang berharga dalam membentuk pola pelayanan pasien pada rumah sakit jantung di Indonesia. “Pengetahuan mengenai hubungan langsung antara faktor genetik dan epigenetik terkait resistensi klopidogrel pada pasien serangan jantung pasca IKP menjadi penting untuk mengurangi kematian dan kesakitan lebih lanjut,” ujar Astuti.
Ia mengusulkan penggantian jenis obat klopidogrel menjadi jenis obat prasugrel atau tikagrelor pada pasien yang berisiko tinggi maupun yang sudah mengalami resistensi klopidogrel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News