“Aksi multipihak, kolektif dan terintegrasi menjadi satu-satunya jalan untuk mengatasi ancaman perubahan iklim,” kata Haruni, dalam siaran persnya, Kamis, 10 November 2022.
Peneliti Pusat Studi Kehutanan Internasional (CIFOR), Daniel Mudyarso juga mengingatkan pencapaian target Net-Zero Emission oleh pelaku usaha di Indonesia harus dimulai dari sektor hulu.
Pelaku usaha diserukan untuk bertransformasi menjalankan bisnis yang rendah karbon dan terlibat aktif dalam upaya pengurangan emisi gas rumah kaca. Keterlibatan pelaku usaha sangat penting dan bisa menjadi penentu dalam upaya global menghentikan bencana perubahan iklim.
Dirjen Pengelolaan Hutan Lestari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Agus Justianto menjelaskan dokumen Enhanced Nationally Determined Contribution (ENDC) merupakan komitmen ambisius Indonesia dalam pengurangan emisi karbon.
“Ambisi Indonesia masih bisa ditingkatkan dengan keterlibatan semua pihak termasuk pelaku usaha untuk memastikan keselamatan dunia dari bencana iklim,” katanya.
Berdasarkan dokumen Enhanced NDC, Indonesia meningkatkan target pengurangan emisi GRK pada tahun 2030 dari 29 persen menjadi 31,89 persen dengan upaya sendiri atau dari 41 persen menjadi 43,20 persen dengan dukungan Internasional. Agus mengatakan saat ini adalah kesempatan untuk melakukan transformasi sistem ekonomi Indonesia menuju ekonomi rendah karbon.
Untuk itu pelaku usaha diharapkan bergerak dan berinvestasi pada model bisnis sirkular. “Sirkular ekonomi mendorong usaha regeneratif, dan memperkuat upaya perlindungan, mendukung pengelolaan lingkungan dan masyarakat dalam rantai binisnya,” kata Agus.
Agus mengingatkan dunia sudah setuju untuk mencapai net zero emission pada tahun 2050. Sejumlah pelaku bisnis, termasuk di Indonesia juga sudah menyatakan komitmennya untuk mencapai target tersebut. Dia berharap semakin banyak pelaku usaha yang mencanangkan komitmen itu di Indonesia.
Chief Sustainability Oficer APP Sinar Mas Elim Sritaba mengatakan, APP Sinar Mas berkomitmen untuk pengurangan emisi karbon dan berkontribusi terhadap ekonomi global sirkular, dengan memproduksi produk-produk kertas secara bertanggung jawab dan berkelanjutan.
“Kami tidak dapat melanjutkan bisnis seperti biasa. Perlu terobosan. Dari proses produksi, kami meningkatkan efisiensi energi, mengurangi konsumsi air dan zero waste di tempat pembuangan akhir. Itu target kita dari sisi karbon footprint,” tegas Elim.
Ia mencontohkan, tiga elemen dekarbonisasi yang utama yaitu adanya efisiensi operasional dan peralatan, pengurangan penggunaan bahan bakar fosil dalam power boiler dan pengurangan penggunaan bahan bakar fosil di tempat lain. Upaya yang sudah dilakukan saat ini menghasilkan prestasi yang baik dan memperoleh rating “low risk” untuk ESG di PT OKI Pulp and Paper Mills yang tercatat menggunakan energi cukup rendah.
“Pabrik OKI dirancang dengan visi circular economy, jadi bisa menggunakan 95 persen energi terbarukan dan menerapkan kemajuan teknologi untuk efisiensi energi. Ini merupakan bukti nyata dari komitmen kami mendukung transisi energi secara adil dan ambisius,” ujarnya.
Baca juga: Selamat! 7 Orang Menerima Habibie Prize 2022 Atas Sumbangsih Inovasi di Bidang IPTEK |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News