Ilustrasi. Foto: Shutterstock
Ilustrasi. Foto: Shutterstock

Pakar UGM Ingatkan Ancaman Resistensi Antimikroba

Citra Larasati • 27 Januari 2021 09:07
Jakarta:  Penggunaan produk antimikroba di bidang kesehatan manusia dan hewan harus lebih selektif dan efisien meski di tengah bermunculannya beragam penyakit zoonosis baru.  Dalam 20 tahun terakhir penyakit zoonosis seperti Hendra, Nipah, Flu Burung, SARS hingga covid-19 menjangkit dunia dan menyebabkan kerugian ekonomi dalam 20 tahun terakhir.
 
Peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM), dr. Gunadi, Ph.D., Sp.BA mengatakan, keberadaan antimikroba belakangan menjadi sangat meluas.  Bahkan residunya dapat ditemukan di zat buangan rumah sakit dan peternakan yang kemudian dapat mencemari lingkungan.
 
“Interaksi antara mikroba dengan antimikroba dalam konsentrasi yang rendah dapat memicu timbulnya resistensi antimikroba,” ujar Gunadi dalam “2021 Winter Course on Interprofessional Education – One Health: Diseases of Tomorrow”, Selasa, 26 Januari 2021.

Apabila suatu penyakit menjadi resisten terhadap suatu kelompok antimikroba maka pengobatan standar menjadi tidak efektif, bahkan menjadi tidak dapat diobati. Hal ini menurutnya, dapat meningkatkan derajat keparahan suatu penyakit, bahkan berujung pada kematian.
 
“Jika hal ini terus berlangsung, diperkirakan pada tahun 2050 akan terjadi peningkatan kematian hingga 10 juta jiwa akibat infeksi patogen resisten antimikroba. Melalui konsep one health, (calon) tenaga kesehatan, ahli terkait dan masyarakat diajak untuk bisa memahami, mengantisipasi, dan menyiapkan tata laksana pandemi,” terang Gunadi yang juga menjadi koordinator kegiatan yang digelar oleh Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM ini.
 
Baca juga:  ITS Rancang Alat Bantu Gagang Pintu Anti Covid-19
 
Gunadi mengatakan isu utama yang dibahas dalam winter course kali ini adalah konsep one health sebagai interkoneksi lintas sektoral kesehatan dalam mengatasi ancaman pandemi di masa mendatang. Menurutnya, kerusakan yang disertai dengan perubahan iklim serta lingkungan ini mengakibatkan munculnya penyakit menular dan tidak menular. 
 
Ia menyebutkan sebagian besar wabah penyakit sekarang ini ditimbulkan dari gangguan manajemen kesehatan masyarakat, termasuk sanitasi dan kebersihan, imunisasi, serta pengendalian penyakit yang ditularkan melalui vektor dan zoonosis. 
 
“Zoonosis merupakan penyakit yang secara alamiah ditularkan dari hewan ke manusia maupun sebaliknya. Zoonosis menduduki 60 persen dari total penyakit infeksius yang telah teridentifikasi dan 75 persen dari penyakit infeksius baru yang telah dilaporkan,” tutupnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan