"Yakni terkait mitigasi terhadap bencana atau pencegahan," kata Bambang dalam konferensi pers di Gedung Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan, Rabu, 27 Januari 2021.
Bambang mengatakan, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) akan melakukan penelitian terkait kebencanaan. Misalnya, terkait masalah lingkungan atau daya guna lahan yang bisa mencegah terjadinya bencana hidrometeorologis, contohnya tanah longsor.
LIPI juga akan mengkaji terkait kondisi sesar yang ada di wilayah yang padat penduduk. Penelitian ini penting untuk memahami sejarah potensi gempa yang mungkin terjadi.
Inovasi lain dalam upaya mitigasi bencana yaitu menciptakan Tsunami early warning system (EWS). Baik yang berbentuk cable maupun yang berbentuk buoy.
Baca: Menristek: Pandemi Ajarkan Gaya Baru Mengembangkan Teknologi
Dalam penanggulangan bencana, Kemenristek akan mencoba mengedepankan teknologi air siap minum untuk memudahkan warga terdampak. Terutama, pengungsi.
Kemudian, teknologi pengolahan makanan yang memudahkan orang untuk mengkonsumsi makanan selama masa kebencanaan. Selain itu, teknologi konstruksi, baik rumah sementara, tempat tinggal sementara, maupun hunian untuk mendukung masa pemulihan pascabencana.
"Di sini BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) dan LIPI mempunyai teknologi yang akan kita coba sinkronkan. Sehingga upaya penanganan bencana menjadi lengkap," jelasnya.
Guna pemulihan ekonomi pascabencana, Kemenristek akan fokus mendorong teknologi untuk membantu Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Salah satunya, mendorong digitalisasi serta penguasaan teknologi dari UMKM.
"Kebetulan dua lembaga yang ada di Kemenristek, BPPT dan LIPI, sudah mempunyai begitu banyak teknologi yang bisa dipakai dan juga kita akan membantu upaya agar UMKM itu bisa segera terkoneksi secara digital," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News