Tanaman cabai awet muda inovasi Faperta IPB. DOK IPB
Tanaman cabai awet muda inovasi Faperta IPB. DOK IPB

Faperta IPB Bikin Tanaman Cabai 'Awet Muda', Bisa Terus Berbuah

Renatha Swasty • 25 Juni 2025 15:01
Jakarta: Inovasi Fakultas Pertanian (Faperta) IPB University berhasil membuat tanaman cabai 'awet muda' alias terus berbunga tak mengenal usia. Inovasi berbasis mikronutrien yang diperkaya bakteri Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) ini membuat tanaman cabai keriting di Desa Pleret, Kecamatan Panjatan, Kulon Progo berbuah lebih banyak, lebih lama, dan lebih sehat.
 
Petani lokal, Pak Gito, awalnya sempat pesimis. Sebab, tanaman cabainya terlihat tertinggal dibandingkan dengan tanaman lahan di sebelah. 
 
Namun, segalanya berubah setelah ia mengaplikasikan mikronutrien inovatif sebanyak tiga kali, dimulai sejak usia tanaman satu bulan. Hasilnya mengejutkan.

Tanaman cabai milik Pak Gito kini telah panen empat kali, dengan total rata-rata 224 gram per pohon—jauh melampaui angka biasa yang hanya sekitar 153 gram per pohon. Tak hanya itu, penampakan visual tanaman juga mencolok, daunnya lebih hijau, tajuknya segar, dan terus berbunga seperti tanaman muda.
 
Dekan Faperta IPB University, Suryo Wiyono, mengatakan efek 'awet muda yang ditimbulkan sangat menjanjikan. “PGPR ini bukan hanya memperbaiki perakaran dan serapan nutrisi, tapi juga menjaga hormon tumbuh tetap aktif,” ujar Suryo, Rabu, 25 Juni 2025. 
 
Baca juga: Cabai Palurah IPB, Mirip Jambu Air dan 500 Kali Lebih Pedas

Ia mengungkapkan aplikasi mikronutrien diperkaya PGPR khusus. Efek awet muda disebabkan PGPR strain khusus ini menghasilkan fitohormon dan enzim ACC deaminase. 
 
“Tanaman terlihat seolah-olah tidak menua, terus berbunga dan berbuah,” sebut dia. 
 
Guru Besar Proteksi Tanaman IPB University ini mengatakan inovasi tersebut menjadi harapan baru bagi petani cabai yang sering menghadapi masalah penurunan produktivitas seiring umur tanaman. 
 
“Dengan teknologi ini, bukan tak mungkin umur produktif tanaman bisa diperpanjang dan hasil panen meningkat signifikan tanpa harus menambah luas lahan,” papar Suryo. 
 
Untuk tanaman cabai maupun padi, panen di musim hujan kerap menyebabkan hasil rusak dan menurunkan kualitas. Sehingga, keberhasilan panen sangat bergantung pada kondisi cuaca. 
 
Di daerah seperti Gunung Kidul, yang terkenal dengan musim kemarau panjang, inovasi ini bisa menjadi solusi ideal dengan memaksimalkan hasil di tengah tantangan kekeringan dan memperpanjang masa produktif tanaman meskipun cuaca tidak bersahabat. 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan